Awal Sejarah Internet Indonesia
Oleh:
Dr. Onno W Purbo
-- Praktisi Teknologi Informasi.
The Internet is a global system of interconnected computer networks that interchange data by packet switching using the standardized Internet Protocol (IP) Suite. It is a "network of networks" that consists of millions of private and public, academic, business, and government networks of local to global scope that are linked by copper wires, fiber-optic cables, wireless connections, and other technologies.
The Internet carries various information resources and services, such as electronic mail, online chat, file transfer and file sharing, online gaming, and the inter-linked hypertext documents and other resources of the World Wide Web (WWW).
RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia yang mungkin kurang banyak dikenal oleh khalayak Internet Indonesia di tahun 2000 ini. Masing-masing personal telah mengkontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan sejarah jaringan komputer di Indonesia. Pada waktu itu di awal tahun 1990-an jaringan Internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network. Semangat kerjasama, kekeluargaan & gotong royong sangat hangat dan terasa diantara para pelakunya. Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia hari ini yang terasa lebih komersial dan individual di sebagian aktifitasnya terutama yang melibatkan perdagangan Internet.
Tulisan-tulisan tentang keberadaan jaringan Internet di Indonesia dapat di lihat di beberapa artikel di media cetak seperti KOMPAS berjudul "jaringan komputer biaya murah menggunakan radio" di akhir tahun 1990 / awal 1991-an. Juga beberapa artikel pendek di Majalah Elektron Himpunan Mahsiswa Elektro ITB di tahun 1989-an. Kebetulan saya adalah penulis sebagian dari artikel-artikel tersebut. Tidak terasa waktu demikian cepat berlalu, tanpa terasa hal itu telah melewati kita semua lebih dari 10 tahun yang lalu.
Inspirasi tulisan-tulisan awal Internet Indonesia datangnya dari kegiatan kami di amatir radio khususnya rekan-rekan di Amatir Radio Club (ARC) ITB di tahun 1986-an. Bermodal pesawat Rig HF SSB Kenwood TS430 milik Harya Sudirapratama YC1HCE dengan komputer Apple II milik YC1DAV sekitar belasan anak muda ITB seperti Harya Sudirapratama YC1HCE, J. Tjandra Pramudito YB3NR (sekarang dosen di UNPAR), Suryono Adisoemarta N5SNN (sekarang dosen di Texas,US) bersama saya YC1DAV kami berguru pada para senior amatir radio seperti Robby Soebiakto YB1BG, Achmad Zaini YB1HR, Yos YB2SV, YB0TD di band 40m. Mas Robby Soebiakto YB1BG merupakan suhu diantara para amatir radio di Indonesia khususnya untuk komunikasi data packet radio yang kemudian di dorong ke arah TCP/IP, teknologi packet radio TCP/IP yang kemudian di adopsi oleh rekan-rekan BPPT, LAPAN, UI, & ITB yang kemudian menjadi tumpuan PaguyubanNet di tahun 1992-1994-an. Mas Robby Soebiakto YB1BG adalah koordinator IP pertama dari AMPR-net (Amatir Packet Radio Network) yang di Internet dikenal dengan domain AMPR.ORG dan IP 44.132. Saat ini AMPR-net Indonesia di koordinir oleh penulis YC1DAV. Koordinasi dan aktifitas-nya mengharuskan seseorang untuk menjadi anggota ORARI dan di koordinasi melalui mailing list YBNET-L@ITB.ac.id.
Di tahun 1986-1987-an awal perkembangan jaringan paket radio di Indonesia Mas Robby YB1BG juga merupakan pionir dikalangan teman-teman amatir radio Indonesia yang mengkaitkan jaringan amatir Bulletin Board System (BBS) yang merupakan jaringan e-mail store and forward yang mengkaitkan banyak "server" BBS amatir radio seluruh dunia agar e-mail dapat berjalan dengan lancar. Di awal tahun 1990-an komunikasi antara saya yang waktu itu berada di Canada dengan panggilan YC1DAV/VE3 rekan-rekan amatir radio di Indonesia dilakukan melalui jaringan amatir radio ini. Dengan peralatan PC/XT dan walkie talkie 2 meteran, komunikasi antara Indonesia-Canada terus dilakukan dengan lancar melalui jaringan amatir radio. Mas Robby YB1BG ternyata berhasil membangun gateway amatir satelit di rumahnya di Cinere melalui satelit-satelit OSCAR milik amatir radio kemudian kami melakukan komunikasi lebih lanjut yang lebih cepat antara Indonesia-Canada. Pengetahuan secara perlahan di transfer melalui jaringan amatir radio ini.
RMS Ibrahim (biasa dipanggil Ibam) motor dibalik operasional-nya Internet di UI, saat tulisan ini ditulis berada di Singapura untuk meneruskan S3. Ibam pernah menjadi operator yang menjalankan gateway ke Internet dari UI yang merupakan bagian dari jaringan universitas di Indonesia UNINET. Protokol UUCP yang lebih sederhana daripada TCP/IP digunakan terutama digunakan untuk mentransfer e-mail & newsgroup. RMS Ibrahim juga merupakan pemegang pertama Country Code Top Level Domain (ccTLD) yang dikemudian hari dikenal sebagai IDNIC (http://www.idnic.net.id).
Muhammad Ihsan adalah staff peneliti di LAPAN Ranca Bungur tidak jauh dari Bogor yang di awal tahun 1990-an di dukung oleh kepala-nya Bu Adrianti dalam kerjasama dengan DLR (NASA-nya Jerman) mencoba mengembangkan jaringan komputer menggunakan teknologi packet radio pada band 70cm & 2m. Jaringan tersebut dikenal sebagai JASIPAKTA dengan dukungan DLR Jerman. Protokol TCP/IP di operasikan di atas protokol AX.25 pada infrastruktur packet radio. Pak Ihsan ini yang mengoperasikan relay penghubung antara ITB di Bandung dengan gateway Internet yang ada di BPPT.
Pak Firman Siregar merupakan salah seorang motor di BPPT yang mengoperasikan gateway packet radio bekerja pada band 70cm. PC 386 sederhana menjalankan program NOS di atas sistem operasi DOS digunakan sebagai gateway packet radio TCP/IP. IPTEKNET masih berada di tahapan sangat awal perkembangannya saluran komunikasi ke internet masih menggunakan X.25 melalui jaringan SKDP terkait pada gateway di DLR Jerman.
Putu sebuah nama yang melekat dengan perkembangan PUSDATA DEPRIN waktu masa kepemimpinan Pak Tungki Ariwibowo menjalankan BBS pusdata.dprin.go.id yang hingga saat ini masih beroperasi. Di masa awal perkembangannya BBS Pak Putu sangat berjasa dalam membangun pengguna e-mail khususnya di jakarta Pak Putu sangat beruntung mempunyai menteri Pak Tungki yang "maniac" IT dan yang mengesankan dari Pak Tungki beliau akan menjawab e-mail sendiri. Barangkali Pak Tungki adalah menteri pertama di Indonesia yang menjawab e-mail sendiri. Saya sempat terkagum-kagum memperoleh jawaban e-mail dari seorang menteri Pak Tungki yang waktu itu sedang berada di Amerika Selatan dalam kunjungan kerjanya. Bukan main, seorang menteri tapi tetap menyempatkan diri untuk membalas e-mail.
Mas Suryono Adisoemarta N5SNN di akhir 1992 kembali ke Indonesia, kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh anggota Amatir Radio Club ARC ITB seperti Basuki Suhardiman (sekarang di AI3 ITB), Aulia K. Arief (sekarang di WAHID), Arman Hazairin (sekarang di Telkomsel) di dukung oleh Adi Indrayanto (sekarang S3 di Inggris) untuk mencoba mengembangkan gateway packet radio di ITB. Berawal semangat & bermodalkan PC 286 bekas barangkali ITB merupakan lembaga yang paling miskin yang nekad untuk berkiprah di jaringan PaguyubanNet. Rekan lainnya seperti UI, BPPT, LAPAN, PUSDATA DEPRIN merupakan lembaga yang lebih dahulu terkait ke jaringan di tahun 1990-an mereka mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik daripada ITB. Di ITB modem packet radio berupa Terminal Node Controller TNC merupakan peralatan pinjaman dari Muhammad Ihsan dari LAPAN.
Berawal dari teknologi packet radio 1200bps di atas, ITB kemudian berkembang di tahun 1995-an memperoleh sambungan leased line 14.4Kbps ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKNET akses Internet tetap diberikan secara cuma-cuma kepada rekan-rekan yang lain. September 1996 merupakan tahun peralihan bagi ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5Mbps (sekarang 2Mbps) ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet & IIX sebesar 2Mbps. ITB akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting dalam jaringan pendidikan di Indonesia yang menamakan dirinya AI3 Indonesia yang mengkaitkan 25+ lembaga pendidikan di Indonesia.
Jaringan pendidikan ini bukan hanya monopoly ITB saja, jaringan pendidikan lain yang lebih besar lagi adalah jaringan SMK yang dibawahi DIKMENJUR (dikmenjur@egroups.com) yang saat ini telah mengkaitkan 270+ SMK di seluruh Indonesia. Saat ini ada 4000 SMK yang mempunyai potensi yang sangat besar jika berhasil dikaitkan. Belum lagi kalau bisa mengkaitkan 10.000 SMU ke Internet pasti tidak kalah serunya dengan mengkaitkan 1300 PTN / PTS (saat ini baru ~200 PTS/PTN yang terkait) di seluruh Indonesia ke Internet.
Di tahun 1989-1990-an, teman-teman mahasiswa Indonesia di luar negeri mulai membangun tempat diskusi di Internet, salah satu tempat diskusi Indonesia di Internet yang pertama berada di indonesians@janus.berkeley.edu. Berawal dari mailing list pertama di Janus diskusi-diskusi antar teman-teman mahasiswa Indonesia diluar negeri pemikiran alternatif berserta kesadaran masyarakat ditumbuhkan. Pola mailing list ini ternyata terus berkembang dari sebuah mailing list legendaris di janus, akhirnya menjadi sangat banyak sekali mailing list Indonesia terutama di host oleh server di ITB & egroups.com. Mailing list ini akhirnya menjadi salah satu sarana yang sangat strategis dalam pembangunan komunitas di Internet Indonesia.
Di tahun 1994-an mulai beroperasi IndoNet yang dipimpin oleh Sanjaya. IndoNet merupakan ISP komersial pertama Indonesia pada waktu itu pihak POSTEL belum mengetahui tentang celah-celah bisnis Internet & masih sedikit sekali pengguna Internet di Indonesia. Seingat saya sambungan awal ke Internet dilakukan menggunakan dial-up oleh IndoNet, sebuah langkah yang cukup nekad barangkali. Lokasi IndoNet masih di daerah Rawamangun di kompleks dosen UI kebetulan ayah Sanjaya adalah dosen UI. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan usaha bisnis Internet di Indonesia semakin marak dengan 60-an ISP yang memperoleh lisensi dari pemerintah. Asosiasi ISP (APJII) terbentuk di motori oleh Sanjaya cs di tahun 1998-an. Effisiensi sambungan antar ISP terus dilakukan dengan membangun beberapa Internet Exchange (IX) di Indosat, Telkom, APJII (IIX) & beberapa ISP lainnya yang saling exchange. APJII bahkan mulai melakukan manouver untuk memperbesar pangsa pasar Internet di Indonesia dengan melakukan program SMU2000 yang kemudian berkembang menjadi Sekolah2000.
Perkembangan terakhir yang perlu diperhitungkan adalah trend ke arah e-commerce dan warung internet yang satu & lainnya saling menunjang membuahkan masyarakat Indonesia yang lebih solid di dunia informasi. Rekan-rekan e-commerce membangun komunitasnya di beberapa mailing list utama seperti warta-e-commerce@egroups.com, mastel-e-commerce@egroups.com, e-commerce@itb.ac.id & i2bc@egroups.com. Sedangkan rekan-rekan penyelenggara WARNET banyak berkumpul di asosiasi-warnet@egroups.com, pada tanggal 25 Mei 2000 merupakan hari bersejarah bagi rekan-rekan WARNET - karena telah lahir asosiasi warnet yang ada secara fisik dalam pertemuan di kantor DIKMENJUR. Ketua Asosiasi Warnet adalah rekan Rudy Rusdiah, Bendahara rekan Adlinsyah dan Sekretaris Abdullah Koro. WARNET di Indonesia akan disediakan domain war.net.id.
Demikian kilasan sejarah Internet di Indonesia, kami sadar bahwa perjuangan kami masih panjang. Masih banyak hal yang perlu diperjuangkan terus agar dapat menggerakan bangsa Indonesia menuju knowledge based society.
Diedit dan di tambah Oleh:
Arip Nurahman
Department of Physics, Indonesia University of Education
Founder: Banjar Cyber School
UNTUK BANJAR PATROMAN INDONESIA
-"KARENA PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN"-
THE INNOVATOR, RESEARCHER & FOUNDER
CYBER SCHOOL DI KOTA BANJAR SEBUAH KENISCAYAAN
Kerjasama Penulisan Oleh:
Agus Haeruman (Elektro Instrumentalia UGM), Agus R. (DEPKEU), Ruli Nebil (Polres Metro Jaksel),Barkah Firdaus (STMB), Cecep (BS of Social Welfare), Galih Rakasiwi (Fisika UNSOED), Wayan Y. (Biologi UNSOED), Irfan (IPDN), Dian Rosdiana (PT KAI), M.N. Akbar (Teknik Sipil ITB ), Sandi (Fisika UNY), Jendri Irawan (Matematika UNY), Andri (STAN), Ricky Taufikurrohman (Kedoteran UGM), Riki (Teknik Sipil Universitas Indonesia), Ricky A.P. (Sekolah Tinggi Sandi Negera), Ginanjar F.M. (Teknik Informatika ITB), Dian Hadiana (Teknik Informatika ITT), Genta Nazwar T. (Matematika UNPAD ), Christian S. (Teknik Informatika MARANATHA), Hendri Agus (SECABA TNI), Nararya R.B. (BK UNY), Ismail M.S. (UNSOED), Agung F. (UNSOED), Lucky N. (STMB), Ade Akhyar N. (Teknik Geologi UNSOED), Deni Nugraha, Widiya, Arip Nurahman, Kurniawan (ST Bina Putra), Seluruh Pihak yang mendambakan kemajuan “The City of Wisdom”
Selayang Pandang
Kemajuan teknologi semakin meningkat dan berkembang pesat. Apakah kita hanya cukup menjadi penonton setia dan suatu saat terlibas oleh derasnya arus perubahan? Manusia yang paripurna adalah yang tanggap terhadap perubahan, keluarga syakinah adalah keluarga yang mengerti terhadap kebutuhan, kampung siaga adalah kampung yang beriman dan bertakwa dan kota yang hebat adalah kota yang paling bijaksana, menaungi, mengayomi serta memberikan keadilan menyuguhkan kesejahteraan. Dua hal yang mempercepat perubahan kearah masyarakat yang madani. 1. Pemimpin Teladan Umat dan yang kedua adalah Pendidikan yang Universal (menyeluruh dan sepanjang masa). Point ke dua adalah point yang manfaaatnya akan berdampak panjang dan mengakar kuat terhadap karakteristik manusia. Kerjasama dari semua elementlah yang akan menuju “Best Education for Better Future”. Di setiap kesulitan pastilah akan ada kemudahan, disetiap kesulitan pastilah ada kemudahan dan disetiap kesulitan pastilah ada kemudahan. Ditengah buruknya kualitas dan kuantitas pendidikan Negara kita, sangat bijaksanalah apabila kita mampu berinovasi, meriset dan mengembangakan Teknologi pendidikan kita untuk keberkahan. Bukankah Yang Maha Bijaksana tidak akan merubah nasib suatu kaum jikalau kaum tersebut tidak mau merubahnya?.
Key word: -“Let’s Create Our Future with Best Education”-
Electronic learning (or e-Learning or eLearning) is a type of education where the medium of instruction is computer technology. No in-person interaction may take place in some instances. E-learning is used interchangeably in a wide variety of contexts. In companies, it refers to the strategies that use the company network to deliver training courses to employees. In the USA, it is defined as a planned teaching/learning experience that uses a wide spectrum of technologies, mainly Internet or computer-based, to reach learners at a distance. Lately in most Universities, e-learning is used to define a specific mode to attend a course or programmers’ of study where the students rarely, if ever, attend face-to-face for on-campus access to educational facilities, because they study online.
Contents
- 1 Market
- 2 Growth of e-learning
- 3 Technology
- 4 Services
- 5 Goals of e-learning
- 6 Pedagogical elements
- 7 Pedagogical approaches or perspectives
- 8 Reusability, standards and learning objects
- 9 Communication technologies used in e-learning
- 10 E-Learning 2.0
- 11 Computer-aided assessment and learning design
- 12 See also
- 13 Notes
- 14 External links
Virtual education refers to instruction in a learning environment where teacher and student are separated by time or space, or both, and the teacher provides course content through course management applications, multimedia resources, the Internet, videoconferencing, etc. Students receive the content and communicate with the teacher via the same technologies.[1]
Sejak dunia internet berkembang pada awal 1990-an, dan mulai memasuki Indonesia, kita diperkaya dengan sejumlah kosa kata (vocabulary) yang benar-benar baru dan terkesan sedikit ‘gagah’ seperti cyber-space, cyber-city, cyber-school, cyber-medicine. Kata cyber dikonotasikan dengan sesuatu yang maya, sehingga kata cyber-space secara mudah dapat diartikan dengan dunia maya – suatu dunia yang kasat mata tetapi bisa dilihat dan dirasakan dengan perantara produk teknologi, seperti komputer dan peranti telekomunikasi. Lalu, dari mana dan bagaimana kata cyberspace itu muncul dan mulai meluas?
Ternyata, istilah itu berasal dari sebuah karya fiksi ilmiah. Pada tahun 1984, terbit Neuromancer, sebuah fiksi ilmiah yang berkisah seputar jalinan hubungan antara otak manusia dan jaringan komputer. Dalam novel karangan William Gibson itulah, istilah cyber-space muncul untuk pertama kalinya. Kini, di ujung abad ke-20 ini, teknologi informasi dan komunikasi kian berkembang luar biasa, sehingga gambaran cyber-space yang dikhayalkan Gibson kian menjadi nyata.
Akhirnya kita bisa memahami makna cyber-space secara lebih konseptual. Yang paling sederhana adalah konsep dari Joan Buick dan Zoean Jevtiec, pengarang buku panduan bergambar buat para pemula, Mengenal Cyberspace. "Cyberspace akhirnya diartikan sebagai kombinasi teknologi informasi, penyimpanan, dan pencarian dengan telekomunikasi global dan reproduksi audio-visual domestik," tulis Buick dan Jevtic.
Lebih filosofis lagi, cyber-space pada tingkat tertentu, dapat dilihat – bahkan dirasakan -- sebagai gaya hidup. "Gaya hidup web," kata jugermaut industri perangkat lunak dan CEO Microsoft, Bill Gates. Ia memang percaya world wide web yang merupakan kehandalan internet akan memberikan manfaat dan sejumlah kemudahan bagi kehidupan manusia – termasuk untuk mewujudkan suatu "masyarakat tanpa kertas", terutama untuk masa yang akan datang. Gagasannya tentang masa depan memang tidak bisa dipisahkan dengan gagasannya mengenai suatu jaringan dunia, di mana "sebuah komputer pada setiap meja, dan di setiap rumah".
Internet Janjikan Kemudahan
Keunggulan internet terutama terletak pada potensi dan efektivitasnya yang menjanjikan kemudahan. The world on your fingertips – dunia berada di telapak tangan Anda. Ungkapan yang mulai lazim di dunia teknologi komunikasi ini tampaknya akan semakin bermakna dengan terwujudnya jaringan komunikasi adimarga (superhighway) di dunia pada abad ke-21. Suatu rekayasa manusia "memperkecil" dunia hingga berada dalam genggaman tangan, dengan mengakselerasi penyampaian informasi dan komunikasi interaktif secara elektronis.
Karenanya, beberapa saat lagi, wajah kota metropolitan dunia segera berubah. Pemandangan orang berbelanja di swalayan, menekan tombol ATM untuk membayar rekening, atau keramaian tempat bermain anak-anak, suatu saat akan sirna. Semua urusan yang dulunya membutuhkan waktu, tenaga dan jarak, nanti cukup diselesaikan sambil duduk di depan layar komputer dan dengan klik-klik-klik, semua beres. Untuk berbelanja, setelah memasukkan account number, dan klik, tak lama barang yang dipesan akan segera diantar melalui delivery services.
Begitupun untuk berkorespondensi, tak perlu repot-repot menulis surat, memasukkan ke amplop, membubuhi perangko dan mengantarkannya ke bis surat, tetapi cukup mengirim e-mail (electronic-mail) yang hanya membutuhkan pulsa telepon lokal untuk mengirim pesan ke mana saja ke berbagai belahan dunia. Tidak itu saja, Anda bisa berbicara langsung dengan rekan koresponden Anda, sambil melihat wajahnya secara langsung, dan itu tidak membutuhkan biaya yang mahal.
Kontak dan komunikasi jarak jauh memang sangat efektif dan efisien (yang juga berarti murah) dilakukan dengan memanfaatkan jalur internet. Gagasan ini pula yang mulai membuat orang untuk melakukan seminar, wawancara, konferensi jarak jauh atau check-up kesehatan, termasuk untuk pendidikan atau sekolah jarak jauh melalui internet. Kuliah di web seperti virtual university sudah lama dimulai di AS, mahasiswa tinggal menyimak kuliah-kuliah pada jam tertentu di layar komputer dan mengikuti ujian secara interaktif. Jadi waktu yang biasa digunakan untuk berangkat ke kampus, atau berjalan dari ruang kuliah yang satu ke ruang yang lain bisa dihemat dan dimanfaatkan untuk bekerja part-time atau untuk urusan lainnya.
Percontohan Cyber School di Indonesia
Meski sejak beberapa bulan terakhir ini, Indonesia mencanangkan proyek Nusantara-21, kita melihat belum ada langkah yang bisa dikatakan sebagai kemajuan terhadap gagasan tersebut. Berbeda dengan negara tetangga kita, Singapura yang sudah meluncurkan Singapore-ONE (One Network for Everyone) atau Malaysia yang sudah memulai proyek MSC (Multimedia Super Corridor). Malaysia bahkan mengundang Bill Gates berbicara di Kuala Lumpur pertengahan Maret lalu. Dalam proyek itu, Malaysia yang juga berhasil menggaet Gates untuk berinvestasi, membangun sekolah-sekolah cerdas (Smart Schools) dan sebuah lembaga diklat untuk melahirkan programmer handal, Malaysian Young Programmer Club (MyPC).
Maka, tanpa gembar-gembor sebelumnya -- dan bukan merupakan bagian dari rencana Nusantara-21 yang kini entah mengendap di mana -- di tengah krisis moneter pula, tiba-tiba sebuah percontohan cyber school yang menggunakan berbagai fasilitas internet seperti net meeting, tele-conferencing dan video-conferencing (berbeda dengan virtual school atau virtual university yang sekadar memanfaatkan tutorial lewat fasilitas web semata) untuk sejumlah SMU (Sekolah Menengah Umum) sudah dilakukan di Bandung. Artinya, cyber school terkesan lebih aktif, tetap membutuhkan ruang kelas, ruang seminar dan sejumlah peralatan labor – dan boleh dikatakan lebih "nyata".
Sebagai tahap awal merealisasikan pembentukan jaringan pendidikan itu ke seluruh Indonesia, Sonny Sugema College (SSC) sebagai penyedia fasilitas, saat ini baru merangkul sejumlah SMU Depdikbud di Kotamadya Bandung, kata Presiden Direktur SSC, H. Sonny Sugema, MBA di Bandung, (Antara, 15/4/98). Dalam acara peresmian jaringan pendidikan melalui internet antara SSC bekerjasama dengan Kandepdikbud Kotamadya Bandung dan PT Indosat, ia mengatakan, dalam tahap selanjutnya selain SMU akan dikembangkan ke sekolah-sekolah lanjutan pertama (SLTP) dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Jaringan pendidikan melalui internet yang pertama kali diterapkan di Indonesia itu, menurut Sonny, sampai saat ini sudah terjaring tujuh SMU Negeri di Bandung yang telah diresmikan dan online serta memiliki web sites (situs web/halaman informasi) di internet, yaitu SMUN 23, SMUN 2, SMUN 3, SMUN 5, SMUN 8, SMUN 22 dan SMUN 1, sekaligus dijadikan proyek percontohan dalam pengembangan kegiatan selanjutnya.
Dalam mewujudkan terbentuknya jaringan pendidikan tersebut, untuk langkah awal, PT Indosat sebagai provider (penyedia jasa layanan internet) telah bersedia memberikan 27 account (suatu saluran dari provider yang memungkinkan komputer mengakses atau diakses internet) secara cuma-cuma kepada SSC selama enam bulan. SSC sebagai penyedia fasilitas hosting dan multimedia gratis kepada sekolah-sekolah, mendistribusikan ke 27 account gratis tersebut ke 27 sekolah dan lembaga terkait yang sudah menjadi anggota jaringan pendidikan.
Untuk hosting, SSC menyediakan fasilitas multimedia secara cuma-cuma kepada sekolah-sekolah yang sudah menjadi anggota. Fasilitas yang ditawarkan meliputi free e-mail dan free homepage basic design secara gratis, net meeting, tele-conferencing dan video-conferencing yang memungkinkan sekolah-sekolah tersebut menyelenggarakan proses belajar mengajar jarak jauh.
Sebuah "Exercise" yang Menantang
Dengan telah diresmikannya pembentukan jaringan pendidikan tersebut, dalam waktu yang tidak lama lagi seluruh lembaga kependidikan -- tak terkecuali kantor-kantor dinas pendidikan dan kebudayaan dari pelosok daerah -- kantor pusat, sekolah-sekolah, mulai dari TK sampai PT, di Indonesia akan terkoneksi ke internet. Lembaga-lembaga pendidikan itu akan segera online dan mengadakan komunikasi interaktif secara real time dengan menggunakan fasilitas multimedia ke samudera informasi tanpa batas di cyber space internet.
Gagasan cyber school semacam ini memang relevan untuk dikembangkan dalam mengantisipasi masa depan yang kian kompetitif di tengah aroma persaingan teknologi informasi. Memang bagi Indonesia, hambatan seperti krisis moneter dewasa ini sangat mengganggu, tetapi yang namanya gagasan cemerlang tak mesti dilaksanakan esok hari. Sebab hal itu bisa dibahas dan diagendakan dulu, tetapi yang paling penting, harus ditangkap signifikansi gagasannya. Dan dengan keyakinan dan asumsi bahwa krisis moneter akan segera berlalu, kita memang tak perlu kecut untuk menyusun strategi masa depan.
Teladan di depan mata kita adalah Malaysia. Negeri jiran yang juga terkena imbas krisis moneter itu justeru tak menyurutkan langkahnya sedikit pun untuk membangun proyek raksasa MSC. Perdana Menteri Mahathir Mohammad justru sedang giat-giatnya melobi dan menarik minat investor asing untuk menanamkan dolarnya di Malaysia. Usaha itu ternyata tidaklah keliru: investor ternyata berbondong-bondong menanamkan modalnya – bahkan tak kurang boss Microsoft Bill Gates "jatuh cinta" pada proyek itu. Krisis moneter ternyata tidak membuat Malaysia harus "tidur mendengkur".
Itulah sebabnya, berita yang kelihatan "kecil" mengenai proyek percontohan cyber school di Bandung, sebenarnya memuat gagasan besar dan memberitahu kita bahwa sejarah baru telah dimulai. Masalahnya sekarang, bagaimana kita, atau yang lebih penting lagi pemerintah, menyikapi – mendukungnya? Inilah kondisi yang bisa dikatakan sebagai point of no return, karenanya, harus dilanjutkan.
Cyber school akan membuat para siswa akan bersentuhan langsung dengan teknologi informasi, dalam hal ini internet. Para siswa akan dihadapkan pada sebuah dunia belantara informasi dan sebuah exercise yang sangat menantang. Tak pelak lagi, ada sejumlah prasyarat-prasyarat penting yang harus dimiliki sebelum siswa bersentuhan dengan internet. Yang dituntut tentu saja kesiapan mereka berhadapan dengan teknologi. Apa saja yang mencakup kesiapan itu?
Kesiapan itu, sebenarnya tak jauh dari keseharian mereka sebagai siswa: bahwa mereka harus benar-benar mencintai pelajaran-pelajaran mereka sendiri seperti matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS dan lain-lain, yang sangat berguna ketika mereka sedang mengakses informasi, terutama ketika melakukan penjelajahan dan pencarian (searching). Dengan materi pelajaran yang sama, tapi disampaikan lewat fasilitas internet, mungkin bisa mengurangi kebosanan siswa yang sering muncul. Mereka akan lebih bergairah. Di sini membuktikan bahwa teknologi, dalam hal ini internet, hanyalah sebuah alat, bukan tujuan, dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan.
Teknologi juga akan mengajarkan mereka efisiensi, kecermatan, ketelatenan dan bahkan kesigapan. Dengan proyek percontohan cyber school mereka akan segera familiar dengan istilah-istilah teknologi, suatu bekal yang amat penting dan relevan dalam menghadapi abad mendatang. Apa pun minat para siswa, apakah di bidang eksakta atau sosial, jangan jauhkan mereka dari teknologi, karena itu akan merugikan mereka. Akses teknologi akan dibutuhkan oleh semua orang, oleh semua bidang.
Kesiapan siswa saja, tentulah tidak cukup. Fasilitator yang menyelenggarakan program ini tentu membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Sehingga, kalau bukan subsidi yang akan diberikan, pemerintah bisa mendukungnya dengan terus melaksanakan deregulasi dan debirokratisasi yang dapat mempermulus berkembangnya industri jasa teknologi informasi dan sekaligus, pada saat yang sama, mendukung dunia pendidikan lewat cyber school.
Salah satu contoh yang paling aktual adalah menjeritnya para pengguna internet di Indonesia berhubung makin mahalnya pulsa telepon lokal di Indonesia – sebagaimana diketahui koneksi internet digemari justru karena menggunakan pulsa lokal. Ini mungkin mendesak untuk diperhatikan oleh pemerintah, mengingat besarnya animo masyarakat Indonesia terhadap internet. Tetapi animo yang besar itu lambat-laun akan menurun jika solusi pulsa telepon tak juga kunjung dipecahkan. Bila itu terjadi, tentu merupakan langkah mundur – set-back – bagi Indonesia, dan untuk memulainya lagi tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat dan kerja keras lagi.
Bila pulsa telepon lokal tetap mahal, atau malah tambah mahal, program apapun yang memanfaatkan teknologi internet tak akan jalan dengan baik, termasuk kegiatan cyber school yang secara sukarela telah dipelopori SSC dan PT Indosat di Bandung.
Memang kedengaranya utopis sekali hal diatas untuk Kota Banjar yang baru berusia 4 tahun tapi kemungkinan untuk itu adalah suatu keniscayaan dengan dibangunnya WAN (Wide Area Network)yang terintegrasi untuk sekolah menegah maka itu sebuah langkah yang sangat prestisius dimana komitmen kearah perkembangan teknologi perlu disadari oleh generasi muda. Berharaplah dan yakinlah itu akan terjadi.
Mampuhkah Kota Banjar mewujudkan Cyber School?
Antena “WajanBolic”
Kado Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 63 Untuk Rakyat
Sumber:
Diarsipkan di bawah: Hardware dan PC, Jaringan, Onno W. Purbo, Seputar Internet, Teknologi Informasi — kang deden @ 2:45 pm
LATAR BELAKANG
- Untuk meningkatkan jarak jangkauan wireless LAN diperlukan antena eksternal dengan gain yang lebih tinggi dari antenna standard
- Antena eksternal High Gain harganya relative mahal
- Banyak barang-barang yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan untuk membuat antenna High Gain dengan cara mudah dan biaya ringan
Photo : Antena WajanBolic
TUJUAN
- Sharing pengetahuan/ pengalaman dalam hal pembuatan homebrew antenna khususnya Antenna WajanBolic dan hal-hal seputar Wireless Network
RUANG LINGKUP
Dalam Workshop ini akan dibuat Antena WajanBolic dengan N Connector dan Pigtail
SEKILAS WIRELESS/ WiFi
WiFi (Wireless Fidelity) adalah istilah generik untuk peralatan Wireless Lan atau WLAN. Biasa menggunakan keluarga standar IEEE 802.11. Oleh karena itu didukung banyak vendor.
STANDAR PROTOKOL
Peralatan wireless yang biasa digunakan adalah menggunakan standar IEEE 802.11x, dimana x adalah sub dari:
IEEE 802.11IEEE 802.11aIEEE 802.11a 2X IEEE 802.11b IEEE 802.11b+ IEEE 802.11g | 2.4GHz5GHz5GHz 2.4GHz 2.4GHz 2.4GHz | 2 Mbps54 Mbps108 Mbps 11 Mbps 22 Mbps 54 Mbps |
DASAR HUKUM
Keputusan Mentri No.2 Tahun 2005 tentang penggunaan pita frekuensi 2400-2483.5MHz yang ditandatangani pada tanggal 5 januari 2005 aleh Mentri Perhubungan M. Hatta Rajasa.
Beberapa hal yang penting dari Keputusan Mentri No.2 Tahun 2005 adalah Anda tidak memerlukan izin stasiun radio dari pemerintah untuk menjalankan peralatan internet pada frekuensi 2.4GHz, tetapi dibatasi dengan:
1. Maksimum daya pemancar ada 100mW (20dBm).
2. Effective Isotropic Radiated Power/ EIRP di antenna adalah 36dBm
3. Semua peralatan yang digunakan harus di-approve/ disertifikasi oleh POSTEL
ANTENA WAJANBOLIC
Kenapa disebut WajanBolic?
- Wajan : penggorengan, alat dapur buat masak
- Bolic : parabolic
- WajanBolic : Antena parabolic yg dibuat dari wajan
Karena berasal dari wajan maka kesempurnaannya tidak sebanding dg antenna parabolic yg sesungguhnya. Dalam workshop akan dibuat Antena WajanBolic dengan N Connector dan Pigtail dengan pertimbangan :
Beberapa kekurangan antenna WajanBolic :
Karena berupa solid dish maka pengaruh angin cukup besar sehingga memerlukan mounting ke tower yang cukup kuat
ANTENA 2.4 GHz
Beberapa Contoh Design Antena 2.4 GHz
Kebanyakan antenna homebrew wifi yg ada di internet : antenna yagi, antenna kaleng (tincan antenna), antenna biquad, antenna helix, antenna slotted waveguide. Komponen yg selalu ada dlm design antenna-antena tsb : N-type Connector & pigtail
Konektor : N-type Male, N-type Female, RP TNC Male, RP TNC Female, Pigtail
Ok..!! kita langsung saja ke pembuatan WajanBolic
Persiapan
Peralatan dan bahan yang perlu di siapkan:
BAHAN
- Wajan diameter 36″ (semakin besar diametr semakin bagus)
- PVC paralon tipis diameter 3″ 1 meter
- Doff 3″ (tutup PVC paralon) 2 buah
- Aluminium foil
- Baut + mur ukuran 12 atau 14
- N Connector female
- kawat tembaga no.3
- Double tape + lakban
PERALATAN
- Penggaris
- Pisau/ Cutter
- Solder + timah nya
- Gergaji besi
PERKIRAAN HARGA
Perkiraan harga yang dikeluarkan untuk membeli bahan WajanBolic adalah kurang dari Rp 100.000,-. Bandingkan jikan Anda harus membeli antenna Grid 24db, yang bikinan local saja mencapai Rp 500.000,- lebih dan yang import bisa mencapai Rp 1.000.000,- lebih. Atau membeli antenna grid local yang harga nya Rp 200.000,- sedangkan yang import bisa mencapai Rp 300.000 lebih.
TAHAP PENGERJAAN
- Siapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan.
- Lubangi wajan tepat di tengah wajan tersebut seukuran baut 12 atau 14, cukup satu lubang saja.
Kemudia, ukur diametr wajan, kedalaman wajan dan feeder/ titik focus. Untuk lebih jelas nya silahkan liat gambar di bawah.
Contoh :
Parabolic dish dg D = 70 cm, d = 20 cm maka jarak titik focus dari center dish : F = D^2/(16*d) = 70^2 / (16*20) = 15.3 cm
Pada titik focus tsb dipasang ujung feeder. Untuk mendapatkan gain maksimum.
- Potong PVC paralon sepanjang 30 cm, kemudian beri tanda untuk jarak feeder nya (daerah bebas aluminium foil). Untuk menentukan panjang feeder nya gunakan rumus di atas.
- Beri lubang pada bagian paralon untuk meletakkan N Connector, untuk itu gunakan rumus antenna kaleng. Bias di lihat di http://www.saunalahti.fi/elepal/antenna2calc.php
- Potong kawat tembaga yang sudah disiapkan sesuai dengan ukuran yang didapatkan dari hasil kalkulasi website di atas. Dan solderkan pada N Connector yang telah di siapkan
- Selanjut nya, bungkus PVC paralon dengan dgn aluminium foil pada daerah selain feeder, klo aluminium foil yang ada tanpa perekat, maka untuk merekatkan nya bisa menggunakan double tape
- Lalu pasangkan N connector ke PVC Paralon yang telah dilubangi td
- Pada bagian doff (tutup PVC paralon) yang akan di pasang pada ujung dekat dengan N Connector harus di beri aluminium foil, sedangkan doff yang di pasang pada wajan tidak perlu di beri aluminium foil
- Dan pasangkan doff tersebut ke PVC paralon
- Kemudian, wajan yang telah di bolongi tadi dipasangkan dengan doff yang satu nya lagi, sebelum nya doff tersebut dilubangi sesuai dengan ukuran bautyang sudah di siapkan, dan kencangkan secukup nya.
- Kemudian tinggal pasangkan PVC paralon tadi ke wajan yang sudah di pasang doff.
- Dan Wajan bolic sudah siap untuk digunakan browsing, atau paling tidak untuk wardriving.
2.
3.
Onno W Purbo, Revolusi Teknologi Informasi Demi Kebangkitan Indonesia
”Bukan mustahil, bangsa Indonesia akan menjadi pemimpin dunia Internet, khususnya untuk Infrastruktur yang berbasis masyarakat. Dunia-pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia".
Onno W. Purbo
8 Desember 2003, CERN,
Pembicara-pembicaranya sangat penting, termasuk sang penemu World Wide Web Tim Berners-Lee, lalu ada Luciano Maiani, Direktur Jenderal CERN, dan ada satu orang dari Indonesia yang juga diundang sebagai pembicara utama, dialah Onno W. Purbo.
Dan di hari berikutnya, 9 Desember, Onno langsung diundang pada pertemuan puncak masyarakat IT dunia, World Summit on Information Society (WSIS) juga di Jenewa. Dan disanalah Indonesia, diakui sebagai salahsatu pemimpin dunia dalam pembangunan IT berbasis masyarakat. Nama Indonesia, menjadi harum di mata dunia.
Di Yale University Amerika 23 April 2006, di hadapan ratusan undangan dari 40 negara, perjuangan Onno untuk memerdekakan jaringan sistem internet murah di Indonesia mendapat sambutan yang luar biasa. Ia bahkan mendapat tepuk tangan panjang, nyaris selama 3 menit.
Mereka terinspirasi karena Onno telah dengan gagah berani berjuang melawan para birokrat dan perusahaan raksasa telekomunikasi yang ingin terus mendominasi akses informasi rakyat, bahkan dengan tindakan-tindakan represif. Tapi karena Internet adalah gerbang ilmu dan informasi dunia, Onno bertekad membebaskannya sampai akhirnya ia berhasil dengan fenomenal.
Onno bahkan menciptakan sebuah gerakan besar komunikasi rakyat yang mandiri, tanpa bantuan pemerintah, tanpa bantuan organisasi-organisasi keuangan dunia. Bahkan sejak 2005, gerakan Onno, RebelNet, telah mempunyai jaringan jutaan orang di seluruh Indonesia, tersambung ke 1500 sekolah, 2000 cyber-cafe, dan 2500 Hotspot Wi-fi di kota-kota penting. Ini adalah satu-satunya gerakan besar IT yang pernah terjadi di dunia.
Onno sudah bukan hanya pakar IT, tapi sudah dianggap seperti Robin Hood-nya IT Indonesia. Ia berjuang habis-habisan membela rakyat. Atau bahkan mungkin ia mirip dengan legenda sang dewa Prometheus. Prometheus, adalah seorang dewa dalam mitos Yunani yang karena cintanya mencuri Api milik Zeus untuk diberikan pada umat manusia. Banyak yang mengatakan pidatonya di Yale sangat inspirasional dan termasuk salahsatu pidato terbaik yang pernah diberikan di Yale (Conference Access to Knowledge, Yale Law School).
Richard Fuchs, Direktur IDRC Kanada (The Internasional Development Research Center, lembaga bentukan Parlemen Kanada), dengan gagah menyamakan perjuangan Onno dan para pengikutnya yang fanatik bagai penyerbuan ”virtual” ke ”Benteng Bastille” oleh rakyat pada penguasa seperti dalam Revolusi Perancis. (IDRC, “Onno The Liberator”).
Onno Purbo bersama Muhammad Yunus
peraih Nobel 2006, di Harvard Forum 2003
Di tahun 2003 lagi, Onno juga jadi salahsatu pembicara utama di Harvard Forum yang juga diikuti Muhammad Yunus (Grameen Bank, sebelum meraih Nobel Perdamaian 2006), Amartya Sen (peraih Nobel ekonomi 1998), dan Michael Spence (Nobel Ekonomi 2001).
Dan apakah anda senang memanfaatkan hotspot untuk internet? Menyenangkan bukan? Mungkin banyak yang belum tahu, bahwa Indonesia adalah salahsatu bangsa terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi Wifi secara masal.
Hotspot dengan teknologi Wi-Fi (internet memakai gelombang radio, nirkabel) sudah menjamur di seluruh Indonesia. Di kafe, restoran, kampus, sekolah, mal, rumah sakit, bandara, dan banyak tempat lainnya. Dan fasilitas yang menyenangkan ini bisa dinikmati kita semua, gratis, diantaranya berkat perjuangan Onno W. Purbo dan teman-temannya, gerakan RebelNet.
”Menciptakan kebijakan pro-rakyat atau pro-liberalisasi akan selalu menghasilkan benturan. Manusia bisa menang lewat uang, kekuasaan, atau kekuatan massa. Tapi untuk kita rakyat biasa, satu-satunya pilihan adalah menciptakan gerakan massa – dan itu bisa sangat efektif”
Onno Purbo, GRAIN.org.
Hampir semua para pakar IT di negara-negara maju berpikir bahwa pengembangan IT adalah sesuatu yang rumit, canggih, dan harus memakan investasi jutaan dollar. Tapi orang Indonesia, bernama Onno W Purbo, membuktikan sebaliknya. Dan apa inti dari teknologi Onno Purbo yang sangat revolusioner itu? Salahsatunya yang dikembangkan sejak 2005, adalah Wajan penggorengan.
Ya, wajan bundar (dan seperti parabola) yang suka dipakai ibu-ibu kita dan tukang nasi goreng masak. Wajan aluminium ini digunakan seperti antena parabola untuk menangkap dan memancarkan gelombang radio internet. Inilah kegeniusannya. Hal-hal yang begitu sederhana, tapi sangat efektif, Wajanbolic. Orang-orang di Barat sampai tidak habis pikir.
Wajan ini awalnya dikembangkan Pak Gunadi, seorang penemu dari Purwakarta, lalu dipopulerkan ke seluruh dunia oleh Onno Purbo. Dan dengan wajan ini, sekelompok masyarakat dalam jangkauan RT/RW bisa membuat jaringan internet sendiri, berkecepatan tinggi sampai 11-54 Mbps sampai sejauh 3-5 km. Biayanya pembuatannya hanya Rp 300.000, lalu mereka bisa berlangganan internet 24 jam dari perusahaan telekomunikasi dan biayanya akan ditanggung rame-rame.
Sejak tahun 2000, Onno juga mempopulerkan telepon yang juga sangat murah dibanding tarif telepon biasa, telepon berbasis internet, VoIP. Gara-gara pemerintah ingin menaikkan lagi biaya telpon rumah, Onno lalu berjuang membentuk VoIP Merdeka. Ini lalu berkembang teknologinya dengan VoIP Rakyat. Dengan ini masyarakat tidak perlu lagi membayar mahal untuk bertelepon.
Sebelumnya jaringan RT/RW-net telah dimulai sejak tahun 1996. Saat itu jaringannya memakai kabel LAN (Local Area Network) yang cukup rumit untuk sambungan ke pelanggannya. Sedangkan sambungan ke internetnya menggunakan ADSL dan frekwensi WI-Fi 2.4 Ghz.
Gelombang 2.4 Ghz inilah yang menjadi kunci, sebuah gerbang yang istimewa menuju kemajuan bangsa Indonesia. Kenapa? Frekwensi inilah yang bila terbuka luas akan memungkinkan Indonesia mulai memasuki masa baru internet murah bagi semua orang.
Onno mempunyai impian, Gerbang besar informasi dan pengetahuan Indonesia akan terbuka luas. Nantinya, semua masyarakat, bahkan yang di pedesaan, anak-anak sekolah dimanapun, puluhan juta orang di seluruh Indonesia akan bisa menggunakan internet untuk mengakses seluruh ilmu pengetahuan termaju di dunia.
Ini akan menjadi Revolusi ilmu pengetahuan, komunikasi, dan informasi Indonesia. Ini tidak lagi hanya masalah IT, tapi sudah jadi gerakan rakyat yang bisa membangkitkan sebuah bangsa, menciptakan masyarakat baru berpengetahuan tinggi, Knowledge Based Society.
Tapi, ternyata tidak semudah itu untuk mewujudkan impiannya. Frekwensi 2.4 Ghz dibatasi pemerintah dan hanya boleh dipakai perusahaan telekom. Idenya untuk mendorong pembebeasan frekwensi ini segera ditentang banyak pihak. Banyak pejabat dan birokrat yang takut kekuasaannya dilangkahi. Dan perusahaan-perusahaan besar telekomunikasi tentu saja tidak mau profitnya anjlok. Kalau sistem komunikasi rakyat yang mandiri bisa benar-benar terwujud di Indonesia, mereka bisa bangkrut.
Tapi Onno serta kawan-kawan nekat mencuri-curi pemakaian gelombang khusus 2.4Ghz. Apa yang dilakukan pemerintah akan menghambat kemajuan masyarakat, dan sudah sepantasnya dilawan, bahkan kalau perlu dengan melawan hukum. Tindakannya ini tentu sangat berisiko bagi keselamatannya. Hidupnya bisa berakhir dalam sel penjara. Belum lagi Onno juga telah diberhentikan dari pekerjaannya sebagai dosen di ITB Bandung.
Para penguasa itu melakukan banyak cara untuk menggagalkan gerakan Onno dan kawan-kawannya. Dari intimidasi, represi, ancaman hukum, kejaran aparat, bahkan sweeping dan penyitaan peralatan untuk menghalangi gerakannya membebaskan internet. Menjelang akhir 2000, polisi bahkan menangkapi teman-teman Onno Purbo yang dianggap melanggar hukum telekomunikasi, dituduh memakai secara ilegal gelombang 2.4 Ghz dan mencuri pulsa telpon menggunakan VoIP. Rekan Onno, Adrie Taniwidjaya bahkan sempat mendekam di penjara selama 1 minggu, karena membuka jasa telpon lewat internet yang tidak kena pulsa normal.
Tapi perlawanan dari penguasa ini justru membuat fokus perjuangannya menjadi berlipat ganda. Internet adalah gerbang ilmu dunia, dan harus dimerdekakan demi kemajuan rakyat!
Renaisans Indonesia Abad 21
”Rahasia kunci sukses bangsa Indonesia agar bisa memimpin dunia:
membagi dan mengajari bangsa kita dengan ilmu!”
Onno W. Purbo.
Apa yang ada di internet? Mungkin segalanya.
Segala ilmu pengetahuan termaju yang ada di dunia, ribuan tahun sejarah umat manusia, kemungkinan-kemungkinan masa depan, planet Bumi, dan seluruh alam semesta. Para tokoh pemimpin besar, orang-orang genius, Einstein, Newton, Leonardo da Vinci, Bill Gates, Steve Jobs. Nanoteknologi, fusi nuklir, teknologi ruang angkasa, bioteknologi. Perusahaan-perusahaan terbesar di dunia, manajemen industrial, hiburan, film, musik, informasi pasar lokal dan global, analisis industri, resep masakan, dan segala hal yang bisa anda bayangkan.
Bayangkan bila ratusan juta rakyat Indonesia, sudah mempunyai akses ke sini. Bayangkan jika 40 juta anak Indonesia, pelajar dan mahasiswa, semua punya akses yang cepat dan murah ke sini, ke seluruh ilmu pengetahuan terunggul di dunia. Indonesia, akan menjadi sebuah bangsa dengan ratusan juta manusia-manusia cerdas. Ini, bisa jadi kenyataan, dengan revolusi internet.
Onno Purbo pun terus berjuang tanpa kenal menyerah. Berkat statusnya sebagai profesor dan namanya yang sudah dikenal luas sebagai pakar IT, Onno selalu bisa lolos dari tangkapan aparat.
Dan dengan segala kecerdasannya ia terus mencari cara untuk mewujudkan impian-impian besarnya. Tidak percuma dia juga adalah cucu salah seorang tokoh revolusioner Indonesia, pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara-lah yang menjadi tokoh yang memulai gerakan besar demi memerdekakan Indonesia dari kebodohan, melalui pendidikan. Hari lahir beliau, 2 Mei, adalah Hari Pendidikan Nasional Indonesia.
Dan itulah impian Onno Purbo juga, menghapus kebodohan dari seluruh rakyat Indonesia, dan menciptakan bangsa baru yang sangat cerdas, menggunakan teknologi. Dan Onno Purbo menemukan caranya. Caranya, adalah dengan sebuah gerakan yang besar dan strategis. Menyadarkan masyarakat luas dan membangun kekuatan masa, People Power! Target besarnya, pembebasan frekwensi 2.4 Ghz.
Perjuangannya pun segera memasuki level baru, kali ini lebih besar. Onno dan teman-temannya di seluruh Indonesia pun melancarkan gerakan yang tak kenal lelah untuk menyadarkan rakyat akan haknya mendapatkan akses yang lebih besar untuk pengetahuan dan informasi melalui internet. RebelNet.
Dengan kekuatan masa, ia akan melakukan sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin, menggoyahkan kekuatan monopoli penguasa dan perusahaan raksasa telekomunikasi.
Seminar-seminar dan workshop dilakukan, dan makin lama makin ramai. Puluhan buku-buku dan artikel diterbitkan, dan jejaring mailist di internet terus dibangun. Dari puluhan orang, ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu orang ditularkan ilmu internet yang unggul oleh Onno dan teman-temannya.
Perjuangan strategis Onno Purbo yang tidak kenal lelah
Setelah bertahun-tahun, perjuangannya makin menampakkan hasil, ia bahkan mulai sering tampil di televisi dan menjadi seperti selebriti IT yang dikenal semua orang. Dan hasilnya jutaan orang di seluruh Indonesia mulai tercerahkan, dan mereka juga sangat antusias menyambut ide-ide revolusioner Onno Purbo. Internet, akses ke semua ilmu pengetahuan dan teknologi terunggul di dunia, yang murah dan tanpa batas.
Dan akhirnya gerakan besarnya menuai hasilnya. 5 Januari 2005 menjadi hari bersejarah bagi dunia internet Indonesia dan Onno Purbo. Setelah berjuang bertahun-tahun, berkat dorongan dari masyarakat yang telah disadarkan dan pengakuan dari seluruh dunia, pemerintah lewat Menkominfo akhirnya secara resmi mengumumkan bahwa spektrum 2.4 Ghz itu bisa digunakan oleh semua orang secara bebas, tanpa ada pembatasan apapun lagi. Satu impiannya telah jadi nyata.
Sebegitu suksesnya, namanya makin banyak berkibar di dunia internasional. Tidak pernah ada gerakan yang seperti itu dalam dunia IT internasional, dimanapun. Bahwa satu orang, berhasil membangun kekuatan yang begitu besar. Bahkan lebih kuat dari perusahaan raksasa telekom.
Dan seperti tertulis diatas, seluruh dunia telah memintanya untuk ditularkan ilmunya, bahkan negara-negara yang paling maju teknologinya. Onno Purbo, menjadi fenomena dunia IT global. Dia juga diundang ke seluruh dunia dari Kanada, Jerman (iRights, Urheberrechti In Der Digital Welt), Belanda, Denmark, sampai India, Afrika Selatan, Mesir, Bangladesh (bekerjasama dengan Muhammad Yunus, Grameen Bank), Thailand, bahkan di atas pegunungan di Bhutan.
Berkat Onno dan RebelNet, Indonesia diakui seluruh dunia sebagai contoh sukses pengembangan IT di dunia.
Indonesia Masa Depan, Bangsa Berteknologi Maju
”Apa arti 20-30 juta pengguna Internet di Indonesia? Artinya sangat dahsyat sekali!! Bayangkan populasi (seluruh) penduduk Australia hanya 20 juta orang, Malaysia hanya 23 juta orang, Canada hanya 31 juta orang, Singapore jelas tidak ada apa-apa (hanya sekitar 5-6 juta orang). Jelas-jelas negara-negara ini akan tenggelam ditelan badai Indonesia di Internet!”.
Orang Indonesia, Onno W. Purbo adalah contoh bagi seluruh dunia. Sebuah gerakan besar yang dimulai dari ide-ide yang begitu sederhana, tapi dengan kepedulian yang besar.
Ia seperti Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian, yang membantu jutaan orang Bangladesh keluar dari kemiskinan, hanya dengan 27 Dollar dari kantongnya (sekaligus menciptakan bank bernilai 6 Milyar Dollar). Onno Purbo, adalah manusia dengan levelnya yang tertinggi, yang memberikan inspirasi dan pencerahan pada bangsanya, jutaan orang sekaligus, dan bahkan pada dunia.
Cita-citanya yang masih ingin ia wujudkan adalah melihat seluruh 220.000 sekolah dan 46 juta siswa di seluruh Indonesia terhubung ke internet. Dan mungkin, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, impian besarnya, dan impian besar kita semua, akan menjadi kenyataan. Indonesia akan memasuki zaman baru. Sebuah masyarakat Indonesia yang berbasis pengetahuan unggul. Ratusan juta manusia unggul. Sebuah Indonesia baru.
Dan di jaman globalisasi ini, ekonomi Indonesia pun akan mulai masuk menjadi ekonomi bangsa-bangsa maju, ekonomi berdasarkan pengetahuan dan teknologi yang bernilai tambah besar, knowledge based economy. Kita tidak lagi hanya bergantung dari penjualan sumber-sumber daya alam saja. Pengaruhnya benar-benar besar.
Dan seandainya Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam bidang revolusi internet, bangsa kita akan menjadi pemimpin dalam penyerapan segala ilmu pengetahuan termaju di dunia, dan mungkin kita akan menjadi bangsa termaju di dunia.
Seperti impian besar Onno Purbo, ”Bukan mustahil, bangsa Indonesia akan menjadi pemimpin dunia Internet, khususnya untuk Infrastruktur yang berbasis masyarakat. Dunia-pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia!”.
NS (NetSains) : Kalau diberi kesempatan memperbaiki sistem di negara ini, apa yang kang Onno ingin perbaiki?
OWP : Sekolah! Masa depan bangsa ini tergantung pada anak-anak muda yang ada di negara ini. Kalau sekolah kita ditelantarkan, sampai kapanpun tidak mungkin negara ini akan maju. Sambungkan 220.000 sekolah ke internet, sambungkan 46,5 juta anak Indonesia ke internet. Itu aja sih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar