SEMANGAT JUANG BANGSA KOREA SEBAGAI PENDORONG KEMAJUAN
KOREA SELATAN Bagian II
Sejarah Korea Menurut legenda bahwa di tahun 2333 SM, manusia setengah dewa yang bernama Tai-gun membangun kerajaan Joseon di Semenanjung Korea. Orang Korea menganggap tahun itu sebagai momentum berdirinya negara Korea. 4000 tahun lebih kemudian orang Korea menjadi contoh dalam mempertahankan konsep dan nilai tradisi dan beradaptasi dengn cepat dan cekatan terhadap keadaan yang selalu berubah.
Para sarjana pada umumnya percaya bahwa kerajaan-kerajaan atau negara-negara zaman dahulu pertama kali mulai bermunculan pada masa perunggu (1000 – 300 SM). Kerajaan Joseon diduga dibangun oleh Tai-Gun, yang lebih dikelan dengan Ko-Joseon atau Joseon lama, yang kemudian menjadi kerajaan terkuat, tepatnya awal abad keempat SM.
Ketika kekuasaan Joseon lama meningkat, Cina menjadi semakin kuatir, sehingga Kaisar Cina, Han Wuti, melakukan penyerbuan di tahun 109 SM dan menghancurkan kerajaan Joseon pada tahun berikutnya. Empat daerah pemerintahan dibangun untuk mengatur sebagian wilayah semenanjung bagian utara. Dalam waktu seabad, sebuah kerajaan baru yang bernama Goguryeo (37 – TM 668) muncul di sebagian wilayah semenanjung bagian utara.
Goguryeo adalah sebuah negara yang memiliki banyak prajurit dan dipimpin oleh raja-raja yang agresif dangagah berani seperti Raja Kwanggaet’o (391 – 410), menaklukkan satu persatu bangsa yang berada di sekitarnya, mengembangkan kerajaan ke segala penjuru. Adalah Goguryeo yang mengusir Cina dari daerah pemerintahannya yang terakhir, Nangnang (Lolang dalam bahasa Cina), di TM 313. Pada masa puncaknya, daerah pemerintahan Goguryeo terus menembus Manchuria dan mengembang sampai sebagian Semenanjung Korea bagian selatan.
Sebuah kerajaan baru bernama Baekje (18 SM – 660 SM) membangun sebagian selatan Sungai Han-gang pada sekitar waktu berdirinya kota Seoul. Orang-orang Baekje lebih cinta damai dibandingkan prajurit-prajurit Goguryeo yang ganas dan mereka pindah ke arah selatan untuk menghindari ancaman peperangan di wilayah utara.
Di abad keempat, Pakche berdiri dengan kuat sebagai sebuah negara yang makmur dan beradab, melakukan perluasan perdaganan dengan negara-negara tetangga di seberang lautan.
Terbukti, Baekje menjadi jembatan penting penyebaran kebudayaan Jepang, menyebarkan agama Budha, huruf Cina dan undang-undang politik dan sosial. Bahkan ada seorang sarjana Pakche bernama Wang In yang menjadi guru Putra Mahkota Jepang.
Silla (57 SM – TM 668), yang berada jauh dari Cina, adalah kerajaan paling lemah dan kurang berkembang dibandingkan dengan tiga kerajaan yang telah disebut. Silla adalah kerajaan terakhir yang menerima kepercayaan dan pemahaman asing, masyarakatnya didasari dengan kelompok-kelompok dan membangun kekuatan yang sangat kuat, mengambil sumber-sumber dari kesatuan Hwarang-nya yang unik (Bunga Awet Muda) dan ajaran-ajaran Budha.
Pada abad pertengahan keenam, Silla menggabungkan kekuatan dan daerah pemerintahannya dan mengadakan persekutuan dengan T’ang Cina untuk menaklukkan Goguryeo dan Baekje. Pasukan Silla – T’ang berhasil dan semenanjung disatukan untuk pertama kali di tahun 668 M. Selanjutnya, orang-orang Kerajaan Goguryeo yang selamat memukul mundur pasukan T’ang di Manchuria dan sebagian wilayah bagian utara dan mendirikan Kerajaan Parhae di tahun 698.
Walaupun ketiga kerajaan, Goguryeo, Baekje, dan Silla, secara politik terpisah, kerajaan-kerajaan tersebut memiliki hubungan kesukuan dan kebahasaan. Tiap-tiap kerajaan membuat sturktur politik dan sistem perundangan yang canggih dan menerima etikan Confusius dan kebenaran Budha. Untuk lebih mengenal Korea sebagai suatu bangsa yang telah memiliki peradaban yang maju pada masanya, beberapa tokoh terkenal bangsa Korea yang sampai saat ini tetap dikagumi antara lain :
A. Raja Sejong yang Agung Hanya satu raja sepanjang sejarah Korea yang pernah dianggap cukup berjasa untuk dijuluki “yang Agung”. Raja tersebut adalah raja keempat dari Dinasti Joseon, Raja Sejong, yang dihormati sebagai penguasa yang paling bijaksana dan paling berbakat sepanjang sejarah Korea.
Sederetan prestasi selama masa pemerintahannya sangat mengagumkan dan mungkin tidak ada ladi dimana Korea dalam sejarah begitu kreatif dan produktif. Ketika Sejong masih kecil, ia adalah seorang anak yang pendiam dan gemar belajar. Taja T’aejong, ayah Sejong, turun tahta dan menyerahkannya kepada anaknya yang ketika itu berusia 21 tahun dan sejak itu seni, sastra, dan ilmu pengetahuan mulai dibangun kembali. Sebagai pelindung seni dan ilmu, Sejong mengumpulkan pemikiran-pemikiran yang terbaik.
Pada masa awal pemerintahannya ia mendirikan Chipyo Njon atau sebuah ruang besar bagi orang-orang berjasa. Sarjana-sarjana terbaik dikumpulkan disini untuk meneruskan penelitian dan belajar serta banyak prestasi terkenal selama masa pemerintahan Sejong dapat dihubungkan dengan eratnya kerjasama antara Sejong dengan mereka.
Sejong adalah orang praktis, yang senang dengan urusan pemerintahan sehari-hari, ulet mencari cara-cara untuk perbaikan hidup rakyatnya. Ia memperbaiki sistem perpajakan dan terus mencoba membersihkan pemerintahan. Selama masa pemerintahannya, kemajuan besar telah dihasilkan dalam segala bidang :
pertanian, astronomi, pertahanan, diplomasi, geografi, literatur, obat-obatan, lukisan, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Prestasi terbesar Raja Sejong adalah Hangeul, abjad Korea. Sadar bahwa masayrakat umum membutuhakan suatu sistem menulis selain sistem menulis huruf Cina yang rumit, raja dan orang-orang yang berjasa menciptakan huruf abjad yang sederhana yang mudah dipelajari.
Hal tersebut bukan satu-satunya prestasi yang penting selama masa pemerintahannya. Sebuah kalender, pluviometer (alat untuk mengukur curah hujan), anemscpoe (alat untuk mengukur kecepatan dan arah angin), lempeng jam matahari, jam air, alat peraga untuk belajar seperti benda-benda, peta bintang, atlas, aliran lukisan baru dan penemuan-penemuan lainnya.
Dengan semua itu, Raja Sejong memperkuat negara dan membawa kedamaian dan kekuatan budaya, lebih dari yang dibutuhkan seseorang tak terkecuali seorang raja. Ia membantu membentuk seseorang masyarakat dan budaya Korea menjadi seperti sekarang dan pengaruhnya dalam politik, etika, sejarah, musik, literatur, dan ilmu pengetahuan dan khususnya bahasa masih terasa hingga sekarang. Ia wafat pada tanggal 17 Februari 1450, setelah memerintah selama 32 tahun.
Posted by: Fazar Shiddieq Karimil Fathah
Ucapan Terima Kasih:
Kak Ony Avrianto Jamhari, M.A.
Indonesian Lecturer at Woosong University
and
SolBridge International School of Business Korea Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar