Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 17 Juni 1959; umur 50 tahun) adalah Menteri Pendidikan Nasional Indonesia sejak22 Oktober 2009. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (2007–2009) dan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Surabaya periode tahun2003–2006.
Biografi
Mohammad Nuh adalah anak ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya H. Muchammad Nabhani, adalah pendiri Pondok Pesantren Gununganyar Surabaya. Ia melanjutkan studi di Jurusan Elektro Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya, dan lulus tahun 1983. Mohammad Nuh mengawali karirnya sebagaidosen Teknik Elektro ITS pada tahun 1984. Ia kemudian mendapat beasiswa menempuh magister di Universite Science et Technique du Languedoc (USTL)Montpellier, Perancis. Mohammad Nuh juga melanjutkan studi S3 di universitas tersebut.
Nuh menikah dengan drg. Layly Rahmawati, dan ia dikaruniai seorang puteri bernama Rachma Rizqina Mardhotillah, yang lahir di Perancis. Pada tahun 1997, Mohammad Nuh diangkat menjadi direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya(PENS) ITS. Berkat lobi dan kepemimpinannya, PENS menjadi rekanan terpercaya Japan International Cooperation Agency (JICA) sejak tahun 1990.
Pada tanggal 15 Februari 2003, Mohammad Nuh dikukuhkan sebagai rektor ITS. Pada tahun yang sama, Nuh dikukuhkan sebagai guru besar (profesor) bidang ilmu Digital Control System dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika. Ia adalah rektor termuda dalam sejarah ITS, yakni berusia 42 tahun saat menjabat. Semasa menjabat sebagai rektor, ia menulis buku berjudul Startegi dan Arah Kebijakan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi(disingkat Indonesia-SAKTI).
Selain sebagai rektor, Mohammad Nuh juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur,Pengerus PCNU Surabaya, Sekretaris Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya, Anggota Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, serta Ketua Yayasan Pendidikan Al Islah Surabaya. Muhammad Nuh juga dikenal sebagai seorang Kiayi, sering memberi ceramah dan khutbah jumat di berbagai masjid di Surabaya dan dikenal sebagai Ulama.
PROGRAM 100 Hari Pertama MENDIKNAS
"Pada 100 hari pertama saya menjabat saya akan memulai perbaikan sekolah rusak atau bocor," kata Mendiknas Mohammad Nuh. Ia menjelaskan, selain perbaikan sekolah rusak di masa 100 hari pertama menjabat dirinya akan melakukan sejumlah hal.
Yang pertama adalah melanjutkan program pendidikan tahun 2009 yang belum tuntas dan sudah ditetapkan pada pemerintahan menteri sebelumnya. "Pada 100 hari pertama saya menjabat yakni sekitar November 2009 hingga Januari 2010, saya akan melanjutkan program tahun 2009 yang telah ditetapkan oleh menteri sebelumnya," katanya.
Selain itu dirinya akan melakukan pengembangan program sesuai dengan kontrak kinerja yang telah ditandatanganinya di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ditambah lagi, ia juga akan membuat program-program baru di bidang pendidikan yang diperlukan pada 100 hari pertama dirinya menjabat.
"Selain meneruskan program yang sudah ditetapkan, saya juga akan mengembangkannya dan membuat program-program baru di bidang pendidikan," katanya.
Akan tetapi, mantan menteri komunikasi dan informatika (Menkominfo) pada Kabinet Indonesia Bersatu I itu menegaskan bahwa target utama yang ingin dicapainya adalah perbaikan infrastruktur gedung-gedung sekolah sehingga tidak ada lagi siswa yang belajar di sekolah rusak atau bocor saat hujan.
"Kalau infrastruktur sekolahnya baik, maka proses belajar mengajar juga akan berjalan dengan baik," katanya.
Ia menargetkan penyelesaian perbaikan infrastruktur bangunan sekolah di seluruh Indonesia akan rampung pada tahun 2010. "Saya berharap perbaikan infrastruktur gedung-gedung sekolah di Indonesia dapat rampung pada tahun 2010," katanya.
Sambutan MENDIKNAS
Tuntutan era globalisasi yang menjadikan informasi sebagai sumberdaya percepatan perilaku ekonomi, politik, sosial, dan budaya, menyebabkan arus dan daya serap informasi dilakukan melalui media elektronik yang serba cepat pula.
Konteks globalisasi ini juga tidak terhindarkan dalam kebijakan yang terkait dengan tata kelola (governance) kelembagaan. Informasi-informasi yang terkait dengan kebijakan-kebijakan pembangunan pendidikan harus secara serta merta menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan perubahan masyarakat lokal dalam prospektif global yang serba cepat pula. Kaidah think globally, act locally adalah salah satu cerminan tentang bagaimana informasi di kawasan dunia dan antar negara memiliki peluang yang sangat cepat untuk merubah perilaku budaya lokal setempat melalui penetrasi informasi.
Karena obyek pembangunan pendidikan adalah masyarakat sebagai entitas suatu bangsa, maka informasi yang disampaikan juga harus merupakan media komunikasi yang mengandung makna pendidikan dan pembelajaran, sehingga perubahan perilaku yang diakibatkannya merupakan perubahan perilaku kolektif dari suatu bangsa dalam proses membangun.
Untuk menjawab tantangan inilah laman http://www.depdiknas.go.id dijadikan salah satu sumber informasi pendidikan dan pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi positif dalam merubah perilaku membangun bangsa agar memiliki perilaku membangun yang sarat dengan pengetahuan (knowledge based society).
Semoga.
Menteri Pendidikan Nasional
Prof. Dr. Ir. K.H. Mohammad Nuh, DEA.
Rancangan Draf Renstra Depdiknas 2010 - 2014
Naskah ini masih berupa rancangan teknokratis yang memerlukan kritik dan saran untuk penyempurnaan. Untuk memperoleh masukan tersebut itulah maka rancangan Renstra Depdiknas tahun 2010 - 2014 versi 17 September 2009 untuk dapat dibaca oleh masyarakat luas sehingga masyarakat dapat memahami, menilai dan memberi masukan untuk menyempurnakan Draf Renstra tersebut. Kami mengucapkan terima kasih apabila Bapak/Ibu/Saudara berkenan memberikan masukan terhadap Rancangan Renstra tersebut melalui emailrenstra.depdiknas1014@gmail.com.
Untuk melihat Draf Renstra Depdiknas Tahun 2010 - 2014 dapat diunduh pada link berikut:
Draf Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional periode 2010 - 2014.
Draf Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional periode 2010 - 2014 (Per Bagian).
Sumber: PIH
Kalau Kita Menginginkan Kecerdasan
Berharap Indonesia menjadi yang terunggul, dan mampu mengejar Amerika, Jepang, China dan Singapura (atau Israel)? Kenapa tidak belajar saja dari Internet, Google, Facebook, Blogger, Wikipedia, Youtube dan lain-lain.
Mudah dan murah.
Pilihannya Mau atau Tidak?
Belajar dari Stephen Hawking, Einstein, Michio Kaku (sainstis top dari City University of New York), Neil deGrasse Tyson, Michael Porter (Competitive Strategy, Harvard), Brian Greene (String Theorist), Jared Diamond (Guns, Germ, and Steel), Milton Friedman (peraih Nobel ekonomi), Jeffrey Sachs (End of Poverty), Thomas L. Friedman (The World is Flat).
(Arip Nurahman & Imperium Indonesia)
Belajar dari Para Peraih Nobel:
1.Para Peraih Nobel Fisika Sepanjang Waktu(All Nobel Laureates in Physics)
2.Para Dosen dan Guru Ekonomi Terbaik Dunia (All Nobel Laureates in Economics)
3. Para Dosen dan Guru Kimia Terbaik (All Nobel Laureates in Chemistry)
4. Para Dosen dan Guru Kedokteran dan Obat-obatan Terbaik
5. Para Dosen dan Guru Sastra (All Nobel Laureate in Literature)
6. Para Dosen dan Guru Perdamaian (Nobel Peace)
Masih Kurang?
Belajar Internet dan Komputer ke: Kang Onno & Om Rommi
Kurang Juga? ^_^ Kunjungi Universitas Cyber Kami:
Semoga Bermanfaat, Semangat dan Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar