Selasa, 10 April 2012

Teori Struktur Kemiskinan

Teori Struktural yang bertolak belakang dengan terori perilaku memandang bahwa hambatan-hambatan struktural yang sistematik telah menciptakan ketidaksamaan dalam kesempatan, dan berkelanjutannya penindasan terhadap kelompok miskin oleh kelompok kapitalis. Variasi teori struktural ini terfokus pada topik seperti ras, gender atau ketidak sinambungan geografis dalam kaitannya atau dalam ketidak terkaitannya dengan ras. 

Menurut Michael Sherraden bahwa dalam berbagai bentuk, teori budaya miskin ini berakar pada politik sayap kiri (Lewis) dan politik sayap kanan (Banfield). Dari sayap kiri, perspektif ini dikenal sebagai situasi miskin, yang mengindikasikan bahwa adanya disfungsi tingkah laku ternyata merupakan adaptasi fungsional terhadap keadaan-keadaan yang sulit (Michael Sherraden : 2006, Parsudi Suparlan : 1995). Dengan kata lain kelompok sayap kiri cenderung melihat budaya miskin sebagai sebuah akibat. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam studi tentang kemisinan, yaitu pedekatan obyektif dan pendekatan subyektif.



Pendekatan obyektik yaitu pendekatan dengan menggunakan ukuran kemiskinan yang telah ditentukan oleh pihak lain terutama para ahli yang diukur dari tingkat kesejahteraan sosial sesuai dengan standart kehidupan, sedangkan pendekatan subyektif adalah pendekatan dengan menggunakan ukuran kemiskinan yang ditentukan oleh orang miskin itu sendiri yang diukur dari tingkat kesejahteraan sosial dari orang miskin dibandingkan dengan orang kaya yang ada dilingkungannya. Seperti diungkapkan oleh Joseph F. Stepanek, ed. (1985) bahwa pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin sendiri. 

BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama untuk studi kemiskinan antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan (the welfare approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. 

Dengan menggunakan pendekatan obyektif banyak ditemukan berbagai dimensi pendekatan yang digunakan oleh para ahli maupun lembaga. struktur sosial. Sebaliknya kelompok sayap kanan melihat tingkah laku dan budaya masyarakat kelas bawah yang mengakibatkan mereka menempati posisi di bawah dalam struktur sosial. Kemiskinan-kemiskinan berdasarkan subyektifitas hadir karena memang dari diri individu sendiri kurang dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun kebutuhan tersier. Rasa cukup atau rasa bersyukur yang kurang dari nidividu yang menyebabkan budaya miskin terus ada dan lestari. 

Jika dilihat secara pendapatan yang dimiliki atau pendapatan Negara dirasa cukup akan tetapi mental dari individu atau masyarakat miskin maka tetap saja diri mereka menganggap miskin. Sedangkan untuk Pendekatan kebutuhan disebut bahwa Pendekatan kebutuhan dasar, melihat bahwa kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. 

Sering juga disebut kebutuhan primer. Untuk pendekatan pendapatan, melihat bahwa kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. 

Dari berbagai pendekatan untuk studi kemiskinan masyarakat terstruktur dapat dikatakan bahwa kemiskinan dapat terbagi dalam merbagai sudut pandang, antara lain: 

1) Miskin karena pandangan dan anggapan orang lain. 

2) Individu menganggap diri mereka sendiri miskin. 

3) Miskin karena tidak cukup memenuhi kebutuhan premier dan, 4) pendapatannya dibawah masyarakat secara umum. 

Posted by: Fazar Shiddieq Karimil Fathah

Tidak ada komentar: