"Guru pertama dan terbaik seorang anak adalah ibunya"
~Arip~
Cerita:
Thomas Alfa Edison putus sekolah Edison yang dianggap i***t dan hanya bertahan 3 bulan di SD, menjadi seorang pengusaha dan ilmuwan handal yang menemukan bola lampu, phonograph, motion picture camera, dll, membuat industrial research laboratory pertama, mematenkan 1093 paten di US, dan mendirikan perusahaan-perusahaan yang salah satunya masih bertahan sebagai perusahaan besar di masa ini, General Electric (GE).
Seems like magic?
No. Big NO.
Edison dianggap i***t karena dia memang menderita kelainan. Beberapa orang modern mendefinisikannya sebagai ADD (ADHD-PI), namun pada intinya dia tidak bisa diam, selalu bertanya, dan jarang fokus pada suatu hal karena terlalu banyak yang dia ingin tahu (sounds genius now instead of stupid?).
Akhirnya walaupun tidak sekolah, ibunya mengajarinya sendiri di rumah. Membelikan Edison buku-buku seperti “School of Natural Philosophy” dan “The Cooper Union” yang ilmunya jauh melebihi umurnya. Ini mengakibatkan Edison memahami ilmu pengetahuan dengan luas dan dalam tidak seperti anak-anak seusianya.
Edison sendiri memperoleh keahliannya dalam bidang kelistrikan dan telegraphy (telegraph untuk komunikasi) pada usia belasan tahun. Pada tahun 1868, di usia 21 tahun, dia telah mengembangkan dan mempatentkan penemuannya yang berupa sebuah mesin yang merekam telegraph.
Dimasa kecilnya, Edison hanya bersekolah di sekolah yang resmi selama tiga bulan, selanjutnya semua pendidikannya diperoleh dari ibunya yang mengajar Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkan Edison cara membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, antara lain buku-buku yang berasal dari penulis seperti Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens.
Edison sudah mempunya laboratorium penelitian mini waktu masih kecil
Edison di usia 12 tahun, memperoleh penghasilan dengan cara bekerja menjual koran dan surat kabar, buah apel, serta gula-gula di sebuah jalur kereta api. Di usia itu pula, Edison hampir mengalami kehilangan seluruh pendengaran karena penyakit yang dideritanya, penyakit itu membuatnya menjadi setengah tuli.
Edison pernah menulis dalam diarinya:
"Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak saya berusia 12 tahun."
Pada usia 15 tahun, Edison, sambil tetap berjualan, membeli sebuah mesin cetak kecil bekas yang selanjutnya dipasang pada sebuah bagasi mobil. Kemudian dia mencetak korannya sendiri, WEEKLY HERALD, yang di cetak, diedit dan dijualnya di tempat dia berjualan.
Edison sangat senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yang ada. Dari semua yang dipelajarinya, Edison menerapkan pelajaran tersebut dengan cara bereksperimen di laboratorium kecilnya. Edison tinggal di laboratoriumnya, hanya tidur 4 jam sehari, dan makan dari makanan yang dibawa oleh asistennya ke laboratoriumnya. Edison melakukan percobaan dan eksperimen terus menerus hingga penemuan-penemuannya menjadi sempurna. Mungkin kata yang cocok untuk menggambarkan kepandaian Edison adalah:
"Genius adalah 99% kerja keras"
Dan cerita tentang penemuan bola lampu?
Well, jarang sekali ada yang menekankan betapa keras dan beratnya kerja Edison untuk itu.
Sebenarnya Edison bukanlah yang pertama menemukan bola lampu, namun dia menyempurnakan desain dan materialnya sehingga menjadi bola lampu yang murah dan dapat digunakan dengan nyaman. Prosesnya melingkupi mencoba berbagai macam bahan dan desain untuk sumber cahayanya, prosesnya lebih kurang seperti “trial and error” berdasar teori-teori.
Yup.
Edison menggunakan lebih dari 3000 teori untuk percobaan-percobanya. Dan setelah 2 tahun penuh perjuangan akhirnya menemukan kombinasi yang tepat.
Carbonized bamboo filament. Filamen bambu terkarbonasi.
Now, untuk orang-orang yang pernah merasakan dunia riset, semua pasti tahu prosesnya. Dalam meneliti sesuatu, kita menggunakan beberapa teori (baca: paper), biasanya 2 sampai 4 paper dan mencoba-coba teori-teori itu selama beberapa bulan dan mungkin tahun. Kalau beruntung sukses, kalau sial ya gagal.
Nah, sekarang bayangkan Edison yang menggunakan 3000 paper untuk mengerjakan penelitiannya dalam 2 tahun saja.
(Sampai Usia Senjanya Edison tetap Berkesperimen)
Good Conclusion
Jadi setelah membaca semua cerita di atas, dan menyadari bahwa bahkan sampai sekarang kita tidak bisa mengerjakan kalkulus, tidak bisa mendapat Nilai UN nyaris sempurna atau bekerja di Hewlett-Packard semasa SMP atau SMA, apakah kita akan menyerah pada nasib dan menerima menjadi “orang biasa”?
Well, kita melupakan kata-kata AJAIB terbanyak setelah mitos di tulisan ini.
Kata-kata terbanyak itu adalah BEKERJA KERAS
(See? I put a lot of those).
Darimana Newton mendapat teori tentang gravitasinya?
Kerja keras selama 20 tahun.
Darimana Gates dan Jobs mendapat semua ilmunya tentang komputer?
Kerja keras mempelajari komputer dari kecil.
Darimana Einstein memperoleh supremasi matematika dan fisika?
Mempelajari matematika, Fisika dan Sciences lainnya dengan tekun dari kecil.
Darimana Edison menemukan bola lampu?
Kerja Keras 3000 teori dalam 2 tahun.
Try that.
Walaupun hal-hal tersebut mungkin akan menghilangkan beribu-ribu kesenangan masa remaja kita. Apakah kita pernah mendengar bahwa Steve Jobs & Bill Gates adalah anak gaul yang fashionable yang berpakaian seperti Justin Beiber?
Or that Einstein had many girlfriends or was a womanizer/playboy?
Surely we never heard Edison smokin marijuana and get wasted.
Kita tidak pernah mendengar Steve Jobs & Bill Gates bermain game setiap hari di liburan, dan
Newton bahkan tidak pernah mempunyai seorang istri seumur hidupnya.
But if you feel that the success and glory is worth the sacrifice, there’s a good
advice:
If we like something, anything it is, and you dedicate your life to it, struggle hard, work hard, it will worth something in the end.
Catatan :
Saya tidak merekomendasikan mati karena keracunan merkuri, menjadi ilmuwan keren tanpa menikah, bekerja keras tanpa arah, Keluar Sekolah untuk menjadi pengusaha hebat. Dan saya tidak merekomendasikan memaksa anak kita mengerti integral dan diferensial sebelum umur 15.
No!!!
Don’t.
Akan berakibat buruk pada kehidupan sosialnya dan rasa percaya dirinya.
Wallohualam
Hanya ingin berbagi bahwa lakukanlah apa yang kita cintai, Hard Work, Smart Work, Kerja Tuntas, Kerja Ikhlas, belajar sepanjang hayat, lakukan dengan sepenuh hati, Percayalah Tuhan akan menjawab semua getaran harapan kita.
Wallohualam
1. Kak Fajar Sastrowijoyo, M.Eng. atas tulisannya
Studied Electrical engineering at Chungbuk National University, Cheongju, Korea.
2. Kak Arvino Mudjiarto, S. Si.
Founder and CEO at Worxcode