Jumat, 11 Juni 2010

Awas Ada Harvard "Prikitiw"



Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat selalu mengembangkan kemampuan kreatif kita:

1. Banyak membaca dan menulis.

2. Banyak berdiskusi dan bertanya.

3. Banyak melihat (mengadakan studi banding).

4. Banyak merenung (tafakur).

5. Banyak berbuat dan mencoba.

6. Banyak beribadah dan berdoa.

Mudah-mudahan kegigihan diri kita, menjaga agar karir hidup ini menjadi orang bersih, terbuka, jujur terpercaya yang dilakukan dengan tulus karena Allah semata. Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah Allah sebagai satu-satunya tujuan, pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya penolong kita semua. Wallahu a'lam bishshawab.

~Aa Gym~


David J. Malan, Ph.D.

Instructor

Lebih lengkap di:

dmalan@harvard.edu
http://www.cs.harvard.edu/malan/

http://cs50.tv/.

Harvard College

blog.cs50.net.

Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Senin, 07 Juni 2010

E-Learning

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.

Plus Minus E-learning

Seperti Sebagaimana yang disebutkan di atas, e-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh "contents writer", designer e-learning dan pemrogram komputer.

Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah :

  1. melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir
  2. mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya
  3. mengontrol kegiatan belajar peserta didik.

Kehadiran guru sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi secara langsung dengan para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini. Inilah yang menjadi ciri khas dari kekurangan e-learning yang tidak bagus. Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan learning (belajar), maka sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.



Persaudaraan Banjar-Ciamis-Garut-Tasikmalaya-Kuningan-Cirebon-Bogor-Rangkas Banten

dalam

Pendidikan dan Ekonomi

Disusun Oleh:

Para Rangers dan Teman-teman

Visi

Mencerdasakan dan Mensejahterakan warga

dan

Misi

1. Fokus Terhadap Pembangunan Akhlak dan Moralitas Pendidikan

2. Fokus Olimpiade-olimpiade Sains

3. Fokus pada Beasiswa Overseas

4. Pengembangan Pendidikan Internasional


Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) is now entering the fourth phase of its development since its inception in 1954: Teachers. Training College (PTPG), Institute of Teaching and Educational Sciences (IKIP) Bandung (1963), Universitas Pendidikan Indonesia (1999), and now with its status as a State Chartered University (UPI BHMN) (2004). These various developments, however, do not change UPI.s strong commitment to the field of education, which has become its primary identity of the institution and represents the major contributions that UPI has given to the development of the nation, particularly in the area of national education development, both in implementation and policy-making levels.

As an institution that has been assigned a national mandate to prepare professional teachers and educators at all levels, from kindergarten to university, UPI has taken up the assignment heartfeltfully and realized it into many forms of programs and activities. These programs and activities have always been intended to establish closer relationships between UPI and all its stakeholders in regional, national, and international levels, i.e. members of society at large in this respect, so that all can take advantages from the existence of this university. Therefore, UPI continues to support all its programs and activities by the provision of high quality academic staff, adequate learning facilities, and the application of information and communication technology in university management.

This institutional profile highlights at a glance information about the programs and activities in faculties, departments, institutes, and other supporting units at UPI. We really hope that this information will become a useful reference for all those who are willing to familiarize themselves with the university.

Professor Sunaryo Kartadinata
Rector

Universitas Pendidikan Indonesia didirikan pada tanggal 20 Oktober 1954 di Bandung, diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran Mr. Muhammad Yamin. Semula bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), didirikan dengan latar belakang sejarah pertumbuhan bangsa, yang menyadari bahwa upaya mendidik dan mencerdaskan bangsa merupakan bagian penting dalam mengisi kemerdekaan. Beberapa alasan didirikannya PTPG antara lain: Pertama, setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, bangsa Indonesia sangat haus pendidikan. Kedua, perlunya disiapkan guru yang bermutu dan bertaraf universitas untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang akan merintis terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

Gedung utama UPI bermula dari puing sebuah villa yang bernama Villa Isola, merupakan gedung bekas peninggalan masa sebelum Perang Dunia II. (Pada masa perjuangan melawan penjajah, gedung ini pernah dijadikan markas para pejuang kemerdekaan). Puing puing itu dibangun kembali dan kemudian menjelma menjadi sebuah gedung bernama Bumi Siliwangi yang megah dengan gaya arsitekturnya yang asli.

Di sinilah untuk pertama kalinya para pemuda mendapat gemblengan pendidikan guru pada tingkat universitas, sebagai realisasi Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia (Nomor 35742 tanggal 1 September 1954 tentang pendirian PTPG/Perguruan Tinggi Pendidikan Guru).

Pada mulanya PTPG dipimpin oleh seorang Dekan yang membawahi beberapa jurusan dan atau balai, yakni:

  • Ilmu Pendidikan
  • Ilmu Pendidikan Jasmani;
  • Bahasa dan Kesusastraan Indonesia;
  • Bahasa dan Kesusastraan Inggris;
  • Sejarah Budaya;
  • Pasti Alam;
  • Ekonomi dan Hukum Negara; dan
  • Balai Penelitian Pendidikan.
  • Sejalan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 40718/S pada waktu itu, yang menyatakan bahwa PTPG dapat berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi atau perguruan tinggi dalam universitas, maka seiring dengan berdirinya Universitas Padjadjaran (UNPAD), pada tanggal 25 November 1958 PTPG diintegrasikan menjadi fakultas utama Universitas Padjadjaran dengan nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

    Untuk memantapkan sistem pengadaan tenaga guru dan tenaga kependidikan, berbagai kursus yang ada pada waktu itu, yaitu pendidikan guru B I dan B II, diintegrasikan ke dalam FKIP melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 1961. Selanjutnya FKIP berkembang menjadi FKIP A dan FKIP B. Pada saat yang sama, berdiri pula Institut Pendidikan Guru (IPG), yang mengakibatkan adanya dualisme dalam lembaga pendidikan guru. Untuk menghilangkan dualisme tersebut, pada tanggal 1 Mei 1963 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 1 tahun 1963, yang melebur FKIP dan IPG menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sebagai satu satunya lembaga pendidikan guru tingkat universitas. FKIP A/FKIP B dan IPG yang ada di Bandung akhirnya menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung (IKIP Bandung).

    IKIP Bandung saat itu telah memiliki lima fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta, dan Fakultas Keguruan Ilmu Teknik. Kebutuhan akan tenaga guru kian mendesak, demikian pula tumbuhnya hasrat untuk meningkatkan dan memeratakan kemampuan para guru. Hal ini mendorong IKIP Bandung membuka ekstension, antara tahun 1967 1970 IKIP Bandung membuka ekstension di hampir seluruh kabupaten di Jawa Barat.

    Peranan IKIP Bandung di tingkat nasional semakin menonjol, setelah pemerintah menetapkan bahwa IKIP Bandung menjadi IKIP Pembina yang diserahi tugas membina beberapa IKIP di luar Pulau Jawa, yaitu IKIP Bandung Cabang Banda Aceh, Palembang, Palangkaraya, dan Banjarmasin. Sesuai dengan kebijaksanaan Departemen P dan K, pada awal tahun 1970 an, secara bertahap ekstension tersebut ditutup dan cabang cabang IKIP di daerah menjadi fakultas di lingkungan universitas di daerah masing masing.

    Untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar, pada tahun 1970 IKIP Bandung membuka program Pos Doktoral melalui pembentukan Lembaga Pendidikan Pos Doktoral (LPPD) PPS yang mengelola Program S2 dan S3. Pada tahun 1976 LPPD diubah namanya menjadi Sekolah Pasca Sarjana, pada tahun 1981 berubah menjadi Fakultas Pasca Sarjana dan tahun 1991 menjadi Program Pascasarjana (PPS).

    Penataan program pendidikan tinggi yang dilakukan oleh pemerintah dengan menerapkan multiprogram dan multistrata, ditindaklanjuti IKIP Bandung dengan membuka Program Diploma Kependidikan. Untuk meningkatkan kualifikasi guru SD menjadi lulusan D II, tahun ajaran 1990/ 1991, diselenggarakan Program D II Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain diselenggarakan di Kampus Bumi Siliwangi program ini juga diselenggarakan di Unit Pelaksana Program (UPP) pada beberapa sekolah eks SPG yang diintregarasikan ke IKIP. Guna meningkatkan kualifikasi Guru Taman Kanak-kanak atau play group pada tahun 1996/1997 IKIP Bandung membuka Program D II PGTK.

    Seiring dengan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan tinggi yang memberikan perluasan mandat bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang harus mampu mengikuti tuntutan perubahan serta mengantisipasi segala kemungkinan dimasa datang , IKIP Bandung diubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No. 124 tahun 1999 tertanggal 7 Oktober 1999.

    Untuk memperluas jangkauan dalam mendukung pembangunan nasional, UPI harus mampu berdiri sendiri dan berkiprah. Kebulatan tekad ini menumbuhkan keyakinan akan kemampuan yang telah dimilikinya. Tekad ini memberi keyakinan kepada pemerintah bahwa UPI telah dapat bediri sendiri dan dapat diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Dengan kepercayaan ini, melalui Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2004. UPI diberi otonomi dan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN)

    Pengembangan dan peningkatan UPI tidak saja berorientasi pada bidang akademik, tetapi juga dalam berbagai bidang, termasuk pemantapan konsep dan rencana pembangunannya. Melalui bantuan Islamic Development Bank (IDB) tengah merancang dan menata pembangunan gedung kampus yang megah, modern dan representatif sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Bermodalkan kemampuan yang dimiliki Universitas Pendidikan Indonesia bertekad menjadikan lembaga pendidikan ini terdepan dan menjadi Universitas Pelopor dan Unggul (a Leading and Outstanding University).

    Sumber:

    1. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik

    2. www.upi.edu.

    Semoga Bermanfaat!

    Minggu, 06 Juni 2010

    Universitas Stanford


    http://ed.stanford.edu/suse/

    Sekolah Pendidikan, di Universitas Stanford merupakan Sekolah Terbaik di Dunia dalam bidang ilmu Pendidikan



    About SUSE

    Alumni

    Admissions

    Faculty & Research

    Programs & Degrees

    News Bureau

    Students

    Library

    Community

    Career Resources


    Interested Applicants

    Recruitment Events

    MA Programs

    PhD Programs

    Stanford Teacher Education Program
    Incoming Students

    General Information

    New Student Orientation
    Faculty

    Our Faculty

    Research Interests

    Affiliated and Emeriti

    Faculty in the News

    Open Positions

    SUSE Open Archive


    Professional Development

    Opportunities for
    Teachers

    Sumber:

    Sekolah Pendidikan Stanford

    Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

    Awas Ada Harvard "Prikitiw"

    Senangnya Ilmu Komputer


    "Jika kita belum bisa membagikan harta, kalau kita tidak bisa membagikan kekayaan, maka bagikanlah contoh kebaikan."

    ~Aa gym~

    David J. Malan, Ph.D.

    Instructor

    Lebih lengkap di:

    dmalan@harvard.edu
    http://www.cs.harvard.edu/malan/

    http://cs50.tv/.

    Harvard College

    blog.cs50.net.

    Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

    Sabtu, 05 Juni 2010

    Jejak Si KABAYAN (Heu.,.heuy.,.Dedeuh) Petualangan The Kabayanman



    Jejak Si KABAYAN

    1. kabayan mendapat ide untuk membuat konsep the city of wisdom, ini harus dimulai dengan the School of wisdom dimana sekolah harus menjadi basis utama pendidikan

    hidup pendidikan untuk peradaban!



    The House of Wisdom (Arabic: بيت الحكمة‎; Bait al-Hikma) was a key institution in the Translation Movement - a library and translation institute in Abbassid-era Baghdad, Iraq.[1] It is considered to have been a major intellectual center of the Islamic Golden Age. The House of Wisdom acted as a society founded by Abbasid caliphs Harun al-Rashid and his son al-Ma'mun who reigned from 813-833 CE. Based in Baghdad from the 9th to 13th centuries, many of the most learned Muslim scholars were part of this excellent research and educational institute. In the reign of al-Ma'mun, observatories were set up, and The House was an unrivalled centre for the study of humanities and for sciences, including mathematics, astronomy, medicine, chemistry, zoology and geography. Drawing on Persian, Indian and Greek texts—including those of Pythagoras, Plato, Aristotle, Hippocrates, Euclid, Plotinus, Galen, Sushruta, Charaka, Aryabhata and Brahmagupta—the scholars accumulated a great collection of knowledge in the world, and built on it through their own discoveries. Baghdad was known as the world's richest city and centre for intellectual development of the time, and had a population of over a million, the largest in its time.[2] The great scholars of the House of Wisdom included Al-Khawarizmi, the "father" of algebra, which takes its name from his book Kitab al-Jabr.

    Origins

    In the Abbasid Empire, translated many foreign works into Arabic and Persian , built large libraries, and welcomed scholars persecuted by the Byzantine Empire [3]. There was also an imperial library in Ctesiphon (now Al-Mada'in)[4][5], and works were also translated at the Academy of Gundishapur, during the Islamic conquest of Persia. In 750, the Abbasid dynasty replaced the Umayyad dynasty as head of the Islamic empire, and in 762, the caliph al-Mansur (reigned 754 - 775) built Baghdad and made it his capital (the previous capital being Damascus). The Abbasid dynasty had a strong Persian bent[3], and adopted many practices from the Sassanid empire - among those, that of translating foreign works, except that now works were translated into Arabic. For this purpose, al-Mansur founded a palace library, modeled after the Sassanid Imperial Library.

    The House of Wisdom was originally concerned with translating and preserving Persian works, first from Pahlavi (Middle Persian), then from Syriac and eventually Greek and Sanskrit.

    Works on astrology, mathematics, agriculture, medicine, and philosophy were thus translated.

    The Barmakids were influential in the ensuing movement of restoring and preserving Persian culture. They are also credited with the founding of the first paper mill in Baghdad. The secret of papermaking had been obtained from Chinese prisoners taken at the Battle of Talas (751). Previously, copyists would used papyrus (which is fragile) or parchment (which is expensive). The introduction of paper thus facilitated the multiplication of books and libraries.

    The concept of the library catalog was also introduced in the House of Wisdom and other medieval Islamic libraries, where books were organized into specific genres and categories.[6]

    Under Al-Ma'mun

    Under the sponsorship of caliph al-Ma'mun (reigned 813 - 833), it seems that the House of Wisdom took on new functions related to mathematics,and astrology. The focus also shifted from Persian to Greek texts.

    At that time, the library was directed by the poet and astrologer Sahl ibn-Harun (d. 830); the other scholars associated with the library are Mohammed ibn Musa al-Khwarizmi (780 - 850), the Banu Musa brothers (Mohammed Jafar ibn Musa, Ahmad ibn Musa, and al-Hasan ibn Musa), and Yaqub ibn Ishaq al-Kindi (801 - 873).

    Hunayn ibn Ishaq (809 - 873) was placed in charge of the translation work by the caliph. The most renowned translator was the Sabian Thabit ibn Qurra (826 - 901). Translations of this era were superior to earlier ones, however, soon after, the emphasis on translation work declined, as new ideas became more important.

    The House of Wisdom flourished under al-Ma'mun's successors al-Mu'tasim (reign 833 - 842) and al-Wathiq (reign 842 - 847), but declined under the reign of al-Mutawakkil (reign 847 - 861), mainly because Ma'mun, Mu'tasim, and Wathiq followed the sect of Mu'tazili, while al-Mutawakkil followed orthodox Islam. He wanted to stop the spread of Greek philosophy which was one of the main tools in Mu'tazili theology.

    The House of Wisdom eventually acquired a reputation as a center of learning, although universities as we know them did not yet exist at this time — transmission of knowledge was done directly from teacher to student, without any institutional surrounding. Madrasahs soon began to develop in the city from the 9th century, and in the 11th century, Nizam al-Mulk founded the Al-Nizamiyya of Baghdad, considered one of the first universities[7] and the "largest university of the Medieval world".[8]

    Destruction

    Along with all other libraries in Baghdad, the House of Wisdom was destroyed during the Mongol invasion of Baghdad in 1258. It was said that the waters of the Tigris ran black for six months with ink from the enormous quantities of books flung into the river.

    . Other Houses of Wisdom

    Some other places have also been called House of Wisdom:

    • In Hamdard University, Pakistan, a library was founded by Hakim Said in 1989. It was named as Bait Ul-Hikmah . It is considered as the second biggest library in Asia.[9]

    . Notes

    1. ^ Iraq: The 'Abbasid Caliphate, Encyclopedia Britannica
    2. ^ George Modelski, World Cities: –3000 to 2000, Washington DC: FAROS 2000, 2003. ISBN 2-00309-499-4. See also Evolutionary World Politics Homepage.
    3. ^ a b Wiet. Baghdad
    4. ^ Ctesiphon
    5. ^ Ctesiphon
    6. ^ Micheau, Francoise, "The Scientific Institutions in the Medieval Near East", pp. 988-991 in (Morelon & Rashed 1996, pp. 985-1007)
    7. ^ Al-Ghazali on Repentance
    8. ^ A European Civil Project of a Documentation Center on Islam
    9. ^ http://www.ihikmah.com/about.php?id=2

    . References

    . External links

    . See also



    Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”

    Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
    “Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah.

    Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
    Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.
    Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.”