Selasa, 26 Mei 2009

PENDIDIKAN BERKELANJUTAN DALAM MEWUJUDKAN DAYA SAING SUMBER DAYA INSANI BANGSA (Sebuah Ringkasan)


Tiga Perguruan Tinggi Raksasa Indonesia menjadi World Class University

Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

UI / Universitas Indonesia


Nama:
Gumilar Rusliwa Somantri (Rektor Termuda Indonesia)
Nama Lengkap:
Prof Dr der Soz (der Sozialwissenschaften), Drs (Doktorandus) Gumilar Rusliwa Somantri
Lahir:
Tasikmalaya, 11 Maret 1963

Jadikan UI Mozaik Indonesia

Rektor Universitas termuda Universitas Indonesia Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri, yang dilantik Selasa 14 Agustus 2007 berjanji untuk tetap menjadikan UI sebagai kampus rakyat dan mozaik Indonesia. "Siapa saja yang berprestasi, termasuk mereka yang kurang mampu dari seluruh Indonesia, harus bisa kuliah di sini," kata suami Dra Nenden DY W Wasita Kusumah itu.

Berpikir di Luar Kotak

Akhir Juni lalu Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri (44) menerbitkan dua buku sekaligus, "Transformasi Pendidikan Tinggi di Era Knowledge Based Society: Studi Kasus Universitas Indonesia" (170 halaman) dan "Transformasi Perguruan Tinggi Berbasis Riset dan Berdaya-Usaha: Catatan Pengalaman FISIP UI 2002-2006" (96 halaman). Ia mengubah FISIP UI sejak jadi dekan tahun 2002 berkat kepemimpinan "berpikir di luar kotak" atau "thinking out of the box".

UGM / Universitas Gadjah Mada


Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng. Ph.D.
(Rektor Universitas Gajah Mada)
Guru Besar Fakultas Teknik UGM

Tempat/Tanggal Lahir Klaten, 13 Maret 1947
Agama Islam
Hobi Membaca

Pendidikan

1975 Ir. (Teknik Sipil), UGM
1981 M.Eng. (Water Resistance Engineering), AIT Bangkok, Thailand
1986
Ph.D. (Civil and Environment Engineering), Lowa University, USA

Organisasi


1. Indonesian Engineering Association (PII)

2. Indonesian Hydraulics Engineers Association (HATHI)

3. International Water Resources Association

Publikasi & Karya Tulis


1. Modeling of Monthly Rainfall Internal Distribution (Indonesia)

2. Discharge Estimate of Flood Identification in A Catchment Area (English)

3. Single and Multisite Rainfall Data Regeneration (Indonesia)

4. Simulation of Irrigation Water Requirements Based on Meteorological Variables at A Site Without Rainfall


“Saya punya prinsip satu orang itu sangat terbatas sehingga saya mengikuti aliran yang disebut kecerdasan kolektif. Jadi hal-hal yang saya sampaikan, sebetulnya pikiran kawan-kawan, sebagian mahasiswa, sebagian alumni, sebagian kawan dosen yang ingin memajukan UGM. Ini yang terasa pertama. Saya merasa kewajiban untuk berterima kasih,” paparnya.

Sedangkan hal pertama yang akan dilakukan Pak Djarwadi sebagai Rektor UGM adalah melakukan sejumlah langkah nyata perbaikan di semua lini. Pak Djarwadi mengaku masih merasakan sinergi yang kurang optimal antara mahasiswa dengan tenaga kependidikan. Lalu Pak Djarwadi juga akan memperbaiki efisiensi kerja supaya Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat terlaksana dengan lebih baik.

“Kalau prinsip saya itu, namanya continous improvement, perbaikan yang kontinyu, terus menerus. Karena itu kan perintah agama. Hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jadi smua akan selalu kita evaluasi. Apa yang istilahnya sudah kita temukan perbaikannya, kita lakukan koreksi,” paparnya.



ITB / Institut Teknologi Bandung

Nama:
Prof. DR. Ir. Djoko Santoso, M.Sc.
Lahir:
Bandung, 9 September 1953

Jabatan:
Rektor Institut Teknologi Bandung 2005-2010

Pendidikan
• Sarjana (Teknik Geologi), Institut Teknologi Bandung, 1972-1976.
• Post Graduate Diploma (Seismology), International Institute of Seismology and Earthquake Engineering, Tokyo-Jepang, 1978-1979.
• Master of Science (Geotechnical Engineering), Asian Institute of Technology, Bangkok-Thailand, 1980-1982.
• Doktor Ilmu Teknik, Institut Teknologi Bandung, 1986-1990.

Guru Besar teknik geofisika dan Doktor Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB), ini terpilih sebagai Rektor ITB periode 2005-2010 dalam rapat pleno Majelis Wali Amanat (MWA) ITB di Gedung Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Senin 17 Januari 2005. Pria kelahiran Bandung, 9 September 1953 yang saat terpilih menjabat Ketua Senat Akademik ITB, itu menggantikan Kusmayanto Kadiman, yang telah menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, MSc meraih 18 suara mengungguli dua calon lainnya, yakni Adang Surahman (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan) yang meraih 7 suara dan Satryo Soemantri Brodjonegoro (Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas) tidak memperoleh suara serta 1,15 suara abstain.

Rapat yang dipimpin Ketua MWA ITB HS Dillon dihadiri 19 anggota MWA ITB, termasuk Mendiknas Bambang Sudibyo. Namun, dua di antaranya tidak memiliki hak suara karena ikut sebagai calon rektor, yakni Adang Surahman dan Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Sesuai ketentuan, 17 anggota masing-masing mempunyai satu kartu suara, sementara Mendiknas selaku wakil pemerintah mempunyai 9,15 (sembilan dan lima belas per seratus) kartu suara, atau setara 35 persen dari hak suara yang sah. Jadi yang memilih Djoko Santoso (18 suara) sudah lebih dari 50 persen suara.

Pemilihan Rektor ITB yang berjalan alot ini diawali penyaringan calon oleh panitia pemilihan sesuai tata tertib. Tersaring 17 nomine. Kemudian Majelis Wali Amanat ITB dalam rapat pleno 10 Desember 2004 memilih sepuluh bakal calon dari 17 nomine itu.




Tujuan Seminar

Seminar Nasional Pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional bertujuan:


(1) Untuk mengeksplorasi hingga sejauhmana keberadaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang bermuara dalam pengungkitan daya saing sumber daya insani bangsa yang berkarakter handal dan bermartabat.

(2) Untuk mengeksplorasi hingga sejauhmana keberadaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan mampu menjadikan dunia pendidikan di Indonesia berstandar World Class.

Seminar Pendidikan Nasional


PENDIDIKAN BERKELANJUTAN DALAM MEWUJUDKAN DAYA SAING SUMBER DAYA INSANI BANGSA

Kerjasama

1. UPI Universitas Pendidikan Indonesia

2. ITB Institut Teknologi Bandung

3. Universitas Padjadjaran (UNPAD)

Tempat dan Waktu

1. Seminar akan dilaksanakan di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Hari/tanggal : Kamis, 7 Mei 2009

Tempat : Balai Pertemuan kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung


2. Sekretariat Panitia Seminar Nasional Pendidikan bertempat di Kantor Sekretariat Universitas UPI, Gedung Bumi Siliwangi.

Telp./Faksimile : (022) 2001135

Kontak Person :

1. Dr. Sumar Hendayana 08156006772

2. Dra. Rohayati, 08157140032

3. Drs. Sumiyardi, 081321936100

Keterangan

1. Peserta seminar tidak dipungut bayaran

2. Pendaftaran paling lambat hari Senin, tanggal 4 Mei 2009, Pukul 16.00 WIB.

Latar Belakang


Telah diketahui bersama bahwa di Indonesia setiap tahun diselenggarakan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Berkaitan dengan hal ini, sepatutnya harus jelas peringatan tersebut ditempatkan dalam perspektif seperti apa. Perspektif yang dicari adalah yang bersifat jangka panjang yang merupakan visi bangsa yang akan diwujudkan oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi bangsa yang dimaksud di sini adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berbunyi sebagai berikut: Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 telah secara sangat jelas menyebutkan bahwa Pemerintah NKRI mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa pada hakekatnya adalah memajukan pendidikan. Upaya untuk mewujudkannya antara lain telah dibuat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Keberadaan kedua Undang-Undang tersebut diharapkan mampu menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Tantangan global dalam bidang pendidikan adalah menjadikan dunia pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia. Atau harus mampu menjadi World Class University. Sesungguhnya upaya untuk membuat dunia pendidikan di Indonesia berkualitas telah dilakukan oleh Pemerintah, yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang berisikan standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, penilaian pendidikan. Standar Nasional Pendidikan ini difokuskan untuk pendidikan Taman Kanak-Kanak, pendidikan Dasar, Dan pendidikan Menengah. Kualitas yang tinggi dari ketiga pendidikan tersebut akan berdampak terhadap kualitas pendidikan Tinggi.


Keberadaan Standar Nasional Pendidikan ini belum cukup untuk menjadikan pendidikan di Indonesia berkualitas. Standar yang menyangkut berbagai macam isi ini perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam menerapkan SNP sangat bergantung pada kualitas Guru dan Dosen. Untuk meningkatkan kualitas guru dan dosen, dilaksanakan program kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi untuk guru. Sedangkan untuk dosen diberlakukan program kualifikasi, kompetensi, sertifikasi, dan jabatan akademik.


Sangat diharapkan keberadaan Sistem Pendidikan Nasional, Standar Nasional Pendidikan, Kualitas Guru dan Dosen akan mampu mengungkit daya saing sumber daya insani bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia ini. Hal ini harus dapat diwujudkan untuk memperbanyak bukan hanya World Class University saja namun juga harus mampu menjadikan pendidikan TK, SD, SMP, SMA berkualifikasi World Class. Kebijakan menjadikan dunia pendidikan di Indonesia berkualitas dan berdaya saing di dunia Internasional jangan hanya ditempatkan dalam perspektif kebijakan sesaat, namun harus bersifat keberlanjutan.



Materi Seminar


Dalam Seminar Nasional ini dipaparkan materi bahasan sebagai berikut:



No. Judul dan Pembicara

1. Sistem Pendidikan Nasional dalam Perspektif Pembangunan Karakter Bangsa

Biografi Sang Maha Guru, Sumber dari Teh Yatun Romdonah Awaliah (atoen_90@yahoo.co.id)






Oleh: Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd.

Awalnya tidak ada yang mengira bahawa lelaki kelahiran Desa Cigintung, Kecamatan Kawali Ciamis 21 Maret 57 tahun silam ini begitu nyunda, hal itupun terbukti pada saat acara launching Majalah Cahara Bumi Siliwangi dan Ronggeng Gunung di UPI dengan fasih Sunaryo memberikan sambutan dalam bahasa sunda yang begitu ngentep seureuh. Bahkan para inohong Sunda yang hadir saat itu, begitu terkejut dengan ucapan dan sikap sunaryo yang kental dengan adat kesundaan.

Saya tidak menyangka ia begitu kental adat kesundaanya, dalam berbicara memang ia pun begitu ngentep seureuh dan dalam menggunakan undak-usuk basa pun sangat fasih,” ujar Karna Yudibrata, salah seorang inong Sunda yang hadir saat itu.

Belajar bahasa sunda memang dari kecil, semenjak SD sampai sekolah SPG di Ciamis,” jawab putra sulung dari empat bersaudara pasangan H. Sukarta dan Hj Surliah ini, saat ditanya akan hal tersebut.

Kehidupan Sunaryo tidak langsung sukses begitu saja, dengan memegang jabatan penting seperti saat ini. Tetapi ia memulai semuanya dari nol.

Sunaryo mengawali pendidikan formalnya pada tahun 1957 di SDN 2 Talagasari. Hidup sebagai anak petani dilewatinya dikampung halaman tercinta. Masih terbayang dalam benaknya bagai mana waktu itu, meskipun masih kecil ia harus ikut membantu orangtuanya membajak sawah dan mengembala kambing yang merupakan mata pencarian utama keluarga.

Saat menempuh jalur pendidikan di SMP 1 kawali tahun 1963, Sunaryo memiliki tradisi yang sangat unik. Bila berangkat ke sekolah ia tidak pernah menggunakan alas kaki alias nyeker, dan barulah setelah sampai kesekolah ia pergunakan sepatunya.

Jarak dari rumah ke sekolah kan lima kilometer dilalui dengan berjalan kaki, jadi supaya sepatunya awet, ya biasanya jarang dibawa pulang. Suka disimpan saja, di titipkan di Ibu pemilik warung sekolah, dan digunakan hanya saat sekolah saja. Selain itu juga biasanya kalau mau pergi ke sekolah saya selalu mebekal karung di tas. Kan biasanya sambil pulang sekoal itu sambil ngala rumput untuk kambing. ” kenangnya.

Meskipun tergolong dari keluarga yang pas-pasan, tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus bersekolah. Malah hal tersebut dijadikan Sunaryo sebagai motivasi agar kelak menjadi orang sukses dan dicontoh oleh adik-adiknya. Hal itu ia buktikan setelah lulus dari SPG Ciamis tahun 1970 dengan melanjutkan ke jurusan Bimbingan Penyuluhan IKIP Bandung.

Kesempatan untuk meraih cita-cita sebagai seorang guru mulai terbuka tatkala lulus pogram diploma ia dipercaya untuk menjadi asisten dosen di almamaternya sendiri sembari melanjutkan kuliah diprogram sarjana.

Semasa kuliah, Sunaryo dimata teman-temanya sebagai sosok yang begitu pintar dan berprestasi. Hal itulah yang menjadikan modal utamanya untuk mempersunting teman sekelasnya sendiri, yang bernama Dra. Euis Misyeti, M.Pd.

Kami teman sekelas, ya biasanyakan dia (Euis–red) suka kesiangan kalau kuliah. Nah biasanya, saya itu selalu menyiapkan kursi kosong disamping saya khusus buat dia, ya karena sering begitu Dosen pun akhirnya pada tahu ‘itu kursi buat Euis ya’. Dan teman-teman sekelas suka menggosipkan kami. Dia awalnya agak marah dengan keadaan itu. Tapi ya lama kelamaan takluk juga ,” jelasnya sambil tertawa terkenang masa lalu, tatkala menceritakan pengalaman masa mudanya bersama sang istri.

Karir akademik Sunaryo berawal pada tahun 1978 saat dipercaya menjadi Sekretaris Jurusan BP FIP IKIP dan kemudian menjadi ketua Jurusan BP FIP IKIP. Hal itu ia lakukan sambil melanjutkan kuliah diprogram pascasarjana. Namun, beberapa tahun kemudian ia berhenti karena harus konsentrasi melanjutkan kuliah di Program S3 Bimbingan konseling yang saat itu lulus masuk tanpa tes.

Saat menempuh pendidikan S3 merupakan momen yang paling berharga bagi Sunaryo karena dengan program sandwich mengharuskannya menempuh beberapa SKS di State University of New York. Saat itulah untuk pertamakalinya Sunaryo bisa mengunjungi Amerika yang sejak dulu diimpikannya.


Universitas Pendidikan Indonesia

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) is now entering the fourth phase of its development since its inception in 1954: Teachers. Training College (PTPG), Institute of Teaching and Educational Sciences (IKIP) Bandung (1963), Universitas Pendidikan Indonesia (1999), and now with its status as a State Chartered University (UPI BHMN) (2004). These various developments, however, do not change UPI.s strong commitment to the field of education, which has become its primary identity of the institution and represents the major contributions that UPI has given to the development of the nation, particularly in the area of national education development, both in implementation and policy-making levels.

As an institution that has been assigned a national mandate to prepare professional teachers and educators at all levels, from kindergarten to university, UPI has taken up the assignment heartfeltfully and realized it into many forms of programs and activities. These programs and activities have always been intended to establish closer relationships between UPI and all its stakeholders in regional, national, and international levels, i.e. members of society at large in this respect, so that all can take advantages from the existence of this university. Therefore, UPI continues to support all its programs and activities by the provision of high quality academic staff, adequate learning facilities, and the application of information and communication technology in university management.

This institutional profile highlights at a glance information about the programs and activities in faculties, departments, institutes, and other supporting units at UPI. We really hope that this information will become a useful reference for all those who are willing to familiarize themselves with the university.



2. Posisi Sistem Pendidikan Nasional dalam Lingkup Kriteria World Class University
Oleh: Prof.Ir. Hang Tuah, MocE., Ph.D.

Institut Teknologi Bandung

3. Tingkat Daya Saing Pendidikan Tinggi Teknik Indonesia pada Skala Internasional
Oleh: Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso, M.Sc
Rektor Institut Teknologi Bandung

4. Signifikansi Konstribusi Evaluasi, Akreditasi dan Sertifikasi untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan

Prof.Dr.Ir. Ganjar Kunia, DEA
Universitas Padjadjaran (UNPAD)
Rektor Universitas Padjajaran

5. Status Mahasiswa Indonesia sebagai Peserta Didik dalam Mewujudkan Pimpinan Bangsa yang Berkarakter


Prof.Dr. Arief Rahman, M.Pd.
Universitas Negeri Jakarta & Kepala Sekolah Lab. School


6. Dampak Transformasi dari Pengajar ke Pembelajaran terhadap Pengembangan Karakter dan Kecerdasan Peserta Didik
Oleh: Prof.Dr. Supriyoko

Majelis Luhur Pendidikan Taman Siswa

7. Korelasi dan Integrasi Pendidikan Karakter Peserta Didik di Lingkungan Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi
Oleh: Prof.Dr. Abin Syamsudin Makmun, MA

Sekretaris MWA Universitas Pendidikan Indonesia

8. Keseimbangan antara Pendidikan Tinggi Ilmu-ilmu
Sosial, Budaya, Ekonomi, Sains dan Teknologi di Indonesia, Dampaknya terhadap Peningkatan
Daya Saing Bangsa
Oleh: Prof.Dr. der soz Gumilar Rusliwa Somantri

Rektor Universitas Indonesia

9. Peran Pendidikan Tinggi dalam Penyelenggaraan Pendidikan Politik di Indonesia
Oleh: Ir. Wijayanto, MPP
Universitas Paramadina



diringkas oleh:


Arip Nurahman, Universitas Pendidikan Indonesia

Senin, 18 Mei 2009

Universitas Harvard

"Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Pemurah! Yang Mengajar dengan Kalam"
(Q.S. Al 'Alaq 96: 3-4)

Lecture 5: SQL
Monday, 19 October 2009
Notes: PDF
Slides:
PDF
Source Code:
index | ZIP
Video:
Flash | Flash + Slideshow (Spring 2009) | MP3 | QuickTime


Disusun Ulang Oleh:

Arip Nurahman

Pendidikan Fisika, FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia

&

Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat dan Tetap Semangat

Minggu, 17 Mei 2009

Ada Apa Dengan TOEFL?


"Wadow pake gitar buntung Bang haji neh he.,he.,.,*_*.,.,oh.,nooo,.,Terlalu"


Mari Kita Belajar TOEFL

TOEFL-iBT

Internet-Based Test


Since its introduction in late 2005, the Internet-Based test (iBT) has progressively replaced both the computer-based (CBT) and paper-based (PBT) tests, although paper-based testing is still used in select areas. The iBT has been introduced in phases, with the United States, Canada, France, Germany, and Italy in 2005 and the rest of the world in 2006, with test centers added regularly. The CBT was discontinued in September 2006 and these scores are no longer valid.


Although initially, the demand for test seats was higher than availability, and candidates had to wait for months, it is now possible to take the test within one to four weeks in most countries.[2] The four-hour test consists of four sections, each measuring one of the basic language skills (while some tasks require integrating multiple skills) and all tasks focus on language used in an academic, higher-education environment. Note-taking is allowed during the iBT. The test cannot be taken more than once a week.


  1. Reading
    The Reading section consists of 3–5 passages, each approximately 700 words in length and questions about the passages. The passages are on academic topics; they are the kind of material that might be found in an undergraduate university textbook. Passages require understanding of rhetorical functions such as cause-effect, compare-contrast and argumentation. Students answer questions about main ideas, details, inferences, essential information, sentence insertion, vocabulary, rhetorical purpose and overall ideas. New types of questions in the iBT require filling out tables or completing summaries. Prior knowledge of the subject under discussion is not necessary to come to the correct answer.

  2. Listening
    The Listening section consists of 6 passages, 3–5 minutes in length and questions about the passages. These passages include 2 student conversations and 4 academic lectures or discussions. A conversation involves 2 speakers, a student and either a professor or a campus service provider. A lecture is a self-contained portion of an academic lecture, which may involve student participation and does not assume specialized background knowledge in the subject area. Each conversation and lecture stimulus is heard only once. Test takers may take notes while they listen and they may refer to their notes when they answer the questions. Each conversation is associated with 5 questions and each lecture with 6. The questions are meant to measure the ability to understand main ideas, important details, implications, relationships between ideas, organization of information, speaker purpose and speaker attitude.

  3. Speaking
    The Speaking section consists of 6 tasks, 2 independent tasks and 4 integrated tasks. In the 2 independent tasks, test takers answer opinion questions on familiar topics. They are evaluated on their ability to speak spontaneously and convey their ideas clearly and coherently. In 2 of the integrated tasks, test takers read a short passage, listen to an academic course lecture or a conversation about campus life and answer a question by combining appropriate information from the text and the talk. In the 2 remaining integrated tasks, test takers listen to an academic course lecture or a conversation about campus life and then respond to a question about what they heard. In the integrated tasks, test takers are evaluated on their ability to appropriately synthesize and effectively convey information from the reading and listening material. Test takers may take notes as they read and listen and may use their notes to help prepare their responses. Test takers are given a short preparation time before they have to begin speaking.

  4. Writing
    The Writing section measures a test taker's ability to write in an academic setting and consists of 2 tasks, 1 integrated task and 1 independent task. In the integrated task, test takers read a passage on an academic topic and then listen to a speaker discuss the same topic. The test taker will then write a summary about the important points in the listening passage and explain how these relate to the key points of the reading passage. In the independent task, test takers must write an essay that states, explains and supports their opinion on an issue, supporting their opinions or choices, rather than simply listing personal preferences or choices.

TaskDescriptionApprox. time
READING3–5 passages, each containing 12–14 questions60–100 minutes
LISTENING6–9 passages, each containing 5–6 questions60–90 minutes
BREAK-10 minutes
SPEAKING6 tasks and 6 questions20 minutes
WRITING2 tasks and 2 questions55 minutes


It should be noted that one of the sections of the test will include extra, uncounted material. Educational Testing Service includes extra material in order to pilot test questions for future test forms. When test-takers are given a longer section, they should give equal effort to all of the questions because they do not know which question will count and which will be considered extra. For example, if there are four reading passages instead of three, then three of those passages will count and one of the passages will not be counted. Any of the four passages could be the uncounted one.


Sumber:

Wikipedia

Ucapan Terima Kasih:

Guru-guruku terkasih dan para sahabatku tercinta Tetap Semangat dan Semoga Bermanfaat



Jumat, 08 Mei 2009

School of Traditional Food Beverage Tourism and Leisure


School of Traditional Food Beverage Tourism and Leisure

Diasuh oleh:

Ibunda : Tining Sri Wahyu Dewi
Bibinda: Susi Susilawati



Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Cairan dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri.


Makanan yang biasa dikonsumsi oleh Manusia

Sumber tumbuhan Sumber Hewan


Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan.Tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu kita dalam mendapatkan energi,membantu pertumbuhan badan dan otak.Memakan makanan yang bergizi akan membantu pertumbuhan kita, baik otak maupun badan.Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda.Protein, karbohidrat, lemak, dan lain-lain adalah salah satu contoh gizi yang akan kita dapatkan dari makanan.

Setiap jenis gizi yang kita dapatkan mempunyai fungsi yang berbeda.Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang kita dapatkan sehari-hari.Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi.Protein digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan kita,baik otak maupun tubuh kita.Lemak digunakan oleh tubuh kita sebagai cadangan makanan dan sebagai cadangan energi.Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan karbohidrat, dan lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna bagi tubuh kita saat kita membutuhkan energi.

Makanan yang dibutuh manusia biasanya dibuat melalui bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Beberapa orang menolak untuk memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur dan lain-lain. Mereka yang tidak suka memakan daging dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok mereka.


Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.


Minuman merujuk kepada barang cair yang boleh diminum. Hampir semua minuman terdiri daripada air pada sebahagian besarnya. Air adalah penting untuk hidup, dan adalah lebih penting berbanding makanan. Kematian akan terjadi selepas satu minggu tanpa sebarang air tetapi manusia telah diketahui dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan.

Sesetengah minuman boleh juga digelarkan makanan kerana dimakan dengan sudu, bergantung kepada kandungan pepejal dan pekatnya, serta pilihan peribadi seseorang:

Minuman panas seperti kopi boleh mengakibatkan luka terbakar jika diminum sebelum sejuk, atau tertumpah. Sila lihat kes kopi McDonald.

Leisure or free time, is a period of time spent out of work and essential domestic activity. It is also the period of recreational and discretionary time before or after compulsory activities such as eating and sleeping, going to work or running a business, attending school and doing homework, household chores, and day-to-day stress. The distinction between leisure and compulsory activities is loosely applied, i.e. people sometimes do work-oriented tasks for pleasure as well as for long-term utility.

For an experience to qualify as leisure, it must meet three criteria: 1) The experience is a state of mind. 2) It must be entered into voluntarily. 3) It must be intrinsically motivating of its own merit. (Neulinger, 1981)

Leisure studies is the academic discipline concerned with the study and analysis of leisure.

Contents

Tutug Oncom

Bahan:
1. tangtuna, oncom kwalitas nomer hiji
2. Sangu haneut
bungbu:
1. cikur
2. bawang beureum
4. Bawang bodas
3. Cengek
4. Uyah gula
Cara ngadamel:
goreng oncom atawa dibeuleum ge bisa, nepi ka asak. Rendos kabeh bungbu nepi ka lemes, asupkeun goreng (beuleum) oncom. Rendos, ulah lemes teuing. Asupkeun sangu haneut, aduk nepi ka galo.
Goreng (beuleum) oncom bisa diganti ku beuleum opak. Tangtuna ngaranna ge robah jadi tutug opak.
Wilujeng nyobian.

Tutug Cau Nangka

(Ditulis ku kuncen kasep)

Asa kaingetan eta kana sangu tutug (tutug oncom), sarupaning tutug-tutugan asa ku nikmat, kuring ari mulang ka sarakan, SUMEDANG, sok ngahajakeun nyieun sangu tutug ( tutug cau nangka). Cobian geura!! Muhun TUTUG CAU. Cauna cau nangka. Anu khas mah butitina anu eumeul-eumeul keneh, can pati asak kara satengah maen ehhh.... tah kitulah. Lamun cauna anu gede mah, teu aya senina jeung kirang raos.
Bumbuna :
Butiti cau nangka sacukupna
Cikur singkarasa seungitna
Bawang beureum sacukupna
Uyah mah geus pati
Cengek hejo sacukupna
Carana :
Cau dibeuleum, geus asak di pekprek dina coet batu. Terus direndos (tong lembut teuing) jeung bumbu anu disadiakeun tadi. Geus cukup langsung di aduk jeung sangu haneut. Langkung nikmat upama dijieun keur mumuluk isuk-isuk (dua piring wae mah beak). Beurang atawa sore teu nyeni. Malah di lembur kuring sok disebut PAMALI.
Wilujeng nyobian.

Es Blewah

Bahan :
1. Blewah satengah sirah
2. Bonteng suri leutik
3. Dawegan
4. Cai dawegan
5. Sekoteng
6. Cingcau hideung
7. Sirop rasa jeruk
6. Susu kentel
7. Es Batu
8. Gula bodas geus di tinyuh
Carana
1. Kerokan blewah, Bonteng Suri, dawegan
2. Hijikeun sakabeh bahan dina baskom, susu ulah waka, meh awet bisa diisukeun
3. Aduk teupikeun karasa amis tur seger
4. Pisahkeun na gelas teras kucurkeun susu kentel sacukupna

wilujeung nyobian

Ranginang
(Ku teh Ani)

Bahan :
Beas saleter
Tipung Aci sakilo
Pewarna

Bungbu :
Bawang Bodas 5 siung
Cikur 3 cm
Uyah sacukupna
Penyedap (atawa gula pasir )
Sadayana di rendos, janten bubuk

Cara ngolahna :
Beas teh di tutuan jadi tipung beas anu lembut, tos janten tipung teras di asakan jiga ngasakan sangu (disepan), tos tuus (tipung katinggalna herang) teras diangkat di akeul ku cai tilas nyepan bari sakeudik-sakeudik dicampurkeun aci, nyaian na tong sakali gus kumargi adonan na tong dugikeun ka encer cekap dugi ka kalis wae (teu nempel upami digalokeun keu panangan), teras bumbu anu tos di rendos teh dilebetkeun oge kanu adonan.

Tos kalis adonana teras dicitak ku citakan khusus ranggining duka namina mah naon teu terang, saatosna dicitak teh rangginig anu kenging nyitak di seupan deui supados teu nempel ditatana teh di lapis-lapis salapis ranggining kenging nyitak di halangna wae ku daun cau, nyepan na tong lami teuing kinten-kinten lima dugi ka sapuluh menit ge cekap teu langkung kana seuneuna ageung atanapi alit, atanapi diseupanna nungtutan. tos diangkat teras di poekeun, tos garing alatan di poe nembe tiasa di goreng.

Mangga kang Bun, bade di praktekeun, da saur pun biang mah ngadamel ranggining mah langkung cape tibatan ngadamel rangginang, nuju abdi amengan ka Tasik geuningan ranggining teh dijanten keun oleh-oleh khas Tasiknya, ranggining atah warna-warni, aya hejo beureum, koneng, bodas di palastik transparanan dientep rapi pisan. Naha ranggining teh asli katuangan US kitu ??

Kueh waluh koneng

Bahan:
400 gr waluh koneng,seupan teras dilemeskeun
200 gr waluh koneng,potong 1cm ka 1cm
5 mata nangka,potong 1cm ka 1cm
200 gr tipung beas
50 gr tipung aci
200 gr gula bodas
350 cc cipati
1/2 hulu kalapa,diparud

Cara ngadamelna:
-Campurkeun waluh koneng nu tos lemes sareng tipung beas,tipung aci,gula bodas,cipati dugi ka rata.
-Campurkeun kalapa parut (sapalih) sareng waluh nu kenging ngeureutan kana adonan tadi.
-Alihkeun adonan eta kana loyang anu tos diolesan minyak kalapa.
-Seupan 20 menit.Teras awuran nangka diluhureunana.Seupan 20 menit deui.
-Angkat teras tiiskeun.Pami tos tiis kaluarkeun tina loyang,keureutan sakahoyong urang bae.
-Sajikeun sareng kalapa parut anu kenging nguyahan sakedik.
Mangga wilujeng nyobi.

Rujak serut

Bahan :
Gedang satengah asak (mengkal basa malayuna mah)
Bangkuang
Kadongdong
Hui beureum
Buah ngora (Lain istri ngora)
Pokona mah bungbuahan anu sakirana ngeunah dirujak
Parud nu bolongna garede ulah parud kalapa (ieu mah lain rek dirujak, tapi jang marud nu rek dirujak)

Bumbu :
Gula Beureum
Asem Jawa (lamun aya asem sunda.. ulah jalma nu kurang asem mah da teu cocog dirujak, cocogna dibebek..)
Cengek sakilo (10 siki jang dirujak, sesana mah jang parantieun..)

Cara Nyieunna :
Gedang jeung hui diparud, bangkuang, kadongdong, buah ngora jeung buah nu lainna disiksik, alusna mah dicacag laleutik ameh ngahiji jeung parudan gedang jeung hui.

Bumbuna :
Gula digodog, tuluy tiiskeun.
Cengek direndos jeung asem jawa. Hijikeun rendosan cengek asem jeung gula anu geus digodog.
Tuluy asupkeun kana bahan2 rujak anu geus diparud jeung dicacag.
Galokeun nepi ka rata ngagalona.
Ceuk dina slogan inuman kaleng atawa kotak mah....
"Dingin lebih nikmatttt..."